Sunday, November 28, 2010

IMPLEMENTASI LESSON STUDY



IMPLEMENTASI LESSON STUDY

PADA MGMP MATEMATIKA KABUPATEN OGAN ILIR

ABSTRAK

Makalah ini berjudul “ Implementasi Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir” membahas implementasi Lesson Study pada kegiatan MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir selama 4 (tahun), yaitu tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010. Kegiatan implementasi dilaksanakan secara bertahap, yaitu tahap pengenalan dua kali pertemuan pada tahun 2007 dengan tujuan mengenalkan Lesson Study kepada anggota MGMP, tahap pelaksanaan 9 kali pertemuan dengan rincian tahun 2008 empat kali pertemuan, 2009 dua kali petemuan dan 2010 tiga kali pertemuan dan tahap pengembangan satu kali pertemuan tahun 2010. Tujuan pelaksanaan implementasi adalah mengenalkan kepada anggota MGMP pengalaman nyata melaksanakan Lesson Study yang terdiri dari tiga tahap, yaitu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan) dan See (Refleksi). Dampak Lesson Study bagi guru anggota MGMP, yaitu (1) Meningkatnya pengetahuan dan pengalaman anggota MGMP dalam melaksanakan Lesson Study; (2) Semakin eratnya hubungan kolegalitas antar anggota MGMP karena seringnya terlibat dalam diskusi dalam kegiatan Lesson Study, baik itu pada saat merancang pembelajaran secara kolaboratif, saat melakukan buka kelas maupun pada saat melakukan refleksi; (3) Mulai tumbuhnya keinginan untuk memperbaiki pembelajarannya; dan (4) Meningkatnya kemampuan guru mengamati proses pembelajaran di kelas, menerima umpan balik baik dari siswa maupun dari kolega. Selanjutnya berdasar hasil implementasi ini direkomendasikan agar kegiatan MGMP selanjutnya diupayakan dalam kerangka Lesson Study. Kesimpulan dari kegiatan implementasi ini adalah (1) Lesson Study adalah bukan metode atau strategi pembelajaran, melainkan kajian pembelajaran dalam upaya perbaikan pembelajaran yang lebih baik, (2) Lesson Study member dampak positif kepada anggota MGMP. Terkahir disarankan agar pelaksanaan Lesson Study di MGMP dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, agar sosialisasi Lesson Study kepada para Kepala Sekolah lebih ditingkatkan dan agar keanggotaan MGMP bersifat mandiri dan permanen.

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, titik perhatian besar telah lama diberikan untuk pengembangan profesionalisme guru sebagai prioritas terbesar dalam setiap kebijakan. Sebagai contoh adalah Undang-undang No.14 Tahun 1995 tentang Guru dan Dosen yang menjelaskan berbagai rincian tentang profesionalisme. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah suatu alat untuk mendorong peningkatan profesionalisme guru dan dibentuk sebagai suatu model pelatihan-guru di tahun 1993, sebagai model kelanjutan dari Pemantapan Kerja Guru (PKG). demikian Monk and Dillon dalam (Depdiknas:2009)

Namun dalam perkembangannya, MGMP mengalami pasang surut. Organisasi ini memang dibangun oleh inisiatif para anggotanya yang notabene para guru. Masih sedikit guru yang “melirik” wadah ini sebagai penunjang peningkatan mutu profesinya. Karena MGMP relatif tak terlalu eksis, di tengah riuh rendah kesibukan guru mengajar di kelas-kelas mereka.
Dana operasionalnya banyak bersumber dari APBD dan APBN. MGMP jadi tidak punya posisi tawar yang cukup menguntungkan. Karena frame kerja MGMP pada kurun waktu 1980 s/d 1999-an, tak seluruhnya mengenai pemenuhan kebutuhan mutu guru. Selanjutnya tahun 2000-an direvitalisasi dengan memfungsikan kembali MGMP sebagai wadah yang potensial bagi para guru untuk menambah wawasan metode pembelajaran (Andini:2007).

MGMP sekarang diselenggarakan pada berbagai tingkat: provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan tingkat sekolah. Namun isi pertemuan-pertemuan MGMP cenderung bersifat administratif. Kadang, masalah-masalah pengembangan profesional memang diagendakan, namun bahkan dalam kesempatan-kesempatan tersebut sekalipun, guru-guru jarang mengamati dan merefleksi pelajaran bersama-sama: mereka cenderung membahas rencana-rencana pembelajaran saja. Jumlah pesertanya juga terbatas, terutama dalam MGMP yang diselenggarakan di luar sekolah. Para guru perwakilan biasanya dikirim untuk menghadiri pertemuan-pertemuan dalam acara-acara semacam itu dan mereka akan melaporkan hasil-hasil diskusi kepada guru-guru lainnya di sekolah-sekolah mereka masing-masing. Akan tetapi, tidak bisa diharapkan bahwa semua guru dalam satu sekolah mendapatkan hasil-hasil diskusi tersebut secara terperinci, terutama ketika menyangkut urusan-urusan pengembangan professional (Depdiknas:2009).

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) menyusun Program Penguatan Pelatihan Guru dalam Jabatan untuk Pendidikan MIPA di Tingkat Menengah Pertama (SISTEMS) dengan instrument Lesson Study . Lesson Study dimulai di Jepang sekitar tahun 1870-an (Inagaki and Sato, 1996). Lesson Study adalah suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas (Depdiknas:2009).

Untuk membantu pengembangan profesional para guru anggotanya, MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir telah memprogramkan Lesson Study sebagai satu di antara kegiatan pertemuannya. Hal ini telah dimulai sejak tahun 2007 sampai dengan sekarang. Dalam tulisan ini selanjutnya dijelaskan implementasi Lesson Study yang telah dilaksanakan oleh MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir.

2. Tujuan

a) Menjelaskan tahapan implementasi Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir

b) Menjelaskan dampak implementasi Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir

c) Menjelaskan hambatan dan tindak lanjut Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir

II. KAJIAN TEORI

1. Guru Profesional

Dedi Supriadi (dalam Sutrisno, 2009) mengutip dari Jurnal Manajemen Pendidikan Educational Leadership edisi Maret 1993 tentang 5 (lima) hal yang dituntut untuk dimiliki guru agar menjadi professional adalah (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajar, dimana komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya, (2) Guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa, (3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi , mulai cara pengamatan perilaku siswa sampai tes hasil belajar, (4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa dan (5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005, disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan (1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism,
(2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia, (3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas (4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, (9) Memeiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Sebagai tenaga professional, guru menjadi ujung tombak melaksanakan sistem pendidikan nasional dalam mewujudkan tujuan pendidkan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Ahmad Sudrajat (2008) merangkum ada lima cara guru belajar, yaitu satu di antaranya, guru belajar melalui interaksi dengan guru lain baik formal maupun informal. Secara formal, misalnya melalui kegiatan mentoring (tutorial) yang dilakukan oleh guru senior yang berpengalaman terhadap guru baru (novice), berdasarkan penugasan secara resmi dari sekolah. Dalam hal ini, guru baru dapat menimba berbagai pengetahuan dan keterampilan dari mentornya (Feiman-Nemser and Parker, 1993). Sedangkan secara informal secara informal dapat dilakukan melalui kegiatan pembicaraan yang tidak resmi, misalnya pada saat berada di ruang guru, halaman sekolah dan tempat-tempat lainnya yang sifatnya tidak resmi. Bentuk lain belajar melalui interaksi dengan guru lain adalah melalui kegiatan MGMP dan pertemuan profesional lainnya, dimana guru dapat saling belajar dan berbagi pengetahuan.

2. MGMP

a. Pengertian

MGMP telah muncul sejak tahun 1980-an. Lembaga ini memang didirikan dengan tujuan mengembangkan Sistem Pembinaan Profesional (SPP) guru di Indonesia. Sebelum MGMP ini didirikan, dulunya ada wadah yang dikenal dengan sebutan Pemantapan Kerja Guru (PKG). Sebuah wadah yang dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) pada tahun 1979 dengan asas “dari guru, oleh guru, untuk guru.” Di dalamnya dikembangkan sebuah sistem pembinaan profesi guru SLTP dan SLTA. Sistem ini dirancang ketika Direktur Dikmenum dijabat oleh Prof. Dr. Benny Suprapto Brotosiswoyo (1976-1988). (Andini, 2007)

MGMP adalah sebuah forum atau wadah kegiatan profesional guru-guru mata pelajaran sejenis di Sanggar (tingkat kebupaten/kota). Anggota MGMP adalah semua guru mata pelajaran sejenis baik negeri maupun swasta (untuk tingkat satuan pendidikan SMP dan SMA). Melalui wadah ini, para guru dapat berkomunikasi, berkonsultasi, serta saling bertukar informasi serta pengalaman. Dengan cara ini, diharapkan, dapat menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan makin luasnya wawasan guru , diharapkan dapat berimbas terhadap kualitas anak didiknya(Sutrisno,2009)

Menurut buku “Standar Pengembangan KKG/MGMP” yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah forum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran pada SMP/MTs, SMPLB/MTsLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB/MALB yang berada pada satu wilayah/kabupaten/kota/ kecamatan/sanggar/gugus sekolah. (Depdiknas, 2008)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa MGMP adalah wadah pembinaan profesional guru-guru mata pelajaran sejenis.

b. Tujuan MGMP

Sebagai sebuah wadah pelatihan guru, MGMP memiliki tujuan yaitu (1) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru, (2) Memberi kesempatan kepada anggota berbagi pengalaman, (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih professional, (4) Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah, (5) Mengubah budaya kerja anggota MGMP, (6) Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik dan (7) Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di tingkat MGMP (Depdiknas, 2008)

c. MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir

Cikal bakal pembentukan MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir dimulai dari pertemuan guru-guru Matematika se-Kabupten Ogan Ilir yang diketuai oleh Sdr. Pirdaus, S,Pd., Guru SMP Negeri 2 Tanjung Raja dengan membentuk MGMP Matematika Swadana Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2006. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Ilir nomor : 420/1175/SM/D.Diknas OI/2007 MGMP tersebut disahkan menjadi MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir dengan diketuai Sdr. Iwan Setiawan, S.Si., Guru SMP IT Raudhatul Ulum, Indralaya

Pada tahun 2008 sampai dengan sekarang, MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir diketuai Sdri. Dina Renita,S.Pd. Guru SMP 4 Pemulutan.

3. Lesson Study

a. Pengertian

Lesson Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou (instruction =pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikanpembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru (Santyasa, 2009)

Lewis dalam (Santyasa, 2009) mendeskripsikan proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. LS pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan

Lesson Study adalah suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas (Depdiknas, 2009)

Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Supriatna, 2009)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa Lesson Study adalah suatu bentuk kajian untuk pembaikan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar dan pada akhirnya meingkatkan profesionalisme profesi pendidik.

b. Sejarah Lesson Study

Lesson Study dimulai di Jepang sekitar tahun 1870-an (Inagaki and Sato, 1996). Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pemelajaran/proses belajar (learning) siswa dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh berkembang sebagai profesional sepanjang karir mereka (Yoshida 1999). Di Jepang para guru dapat meningkatkan ketrampilan/ kecakapan dalam mengajarnya melalui kegiatan Lesson Study, yakni belajar dari suatu pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkanTujuan Lesson Study profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masy arakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam meny usun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran (Krisnawan, 2009)

Lesson Study diperkenalkan di Indonesia melalui kegiatan piloting yang dilaksanakan dalam proyek follow-up IMSTEP-JICA di tiga perguruan tinggi yaitu UPI, UNY, dan UM. Di UM sendiri lessson study diperkenalkan di Malang secara formal oleh JICA expert Eisoke Saito, Ph.D. pada bulan januari 2004, selanjutnya diikuti kegiatan pengimplementasian lesson study di SMA labotarium Universitas Negeri Malang (I Made Sulandra, 2006). Wilayah-wilayah yang menjadi targetnya adalah tiga kabupaten di Pulau Jawa: Sumedang, Pasuruan dan Bantul. Periode pelaksanaan program mulai dari Mei 2006 sampai Oktober 2008 (Depdiknas/Depag-JICA, 2009)

Pada periode selanjutnya, Lesson Study gencar disosialisasikan ke seluruh Indonesia, baik melalui pelatihan, workshop, seminar maupun media massa.

c. Tahapan Lesson Study

Untuk dapat memulai kegiatan lesson study maka di perlukan perubahan dari dalam diri guru sehingga memiliki sikap sebagai berikut: (1) Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini terhadap proses pembelajaran. Pertanyaan seperti apakah saya sudah melakukan tusgas medidik dengan baik? Apakah saya sudah melakukan tugas seoptimal mungkin? Serangkaian pertany aan y ang harus dijawab dengan jujur, jawaban tersebut tentu akan medorong pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan atas jawaban tersebut, (2) Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain untuk peningkatan kuali tas diri (3) Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri, (4) Keberanian mengakui dan memakai ide orang lain yang baik, (5) Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan (Ridwan Joharmawan,2006).

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu: (1) Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study, (2) Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study, (3) Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons, (4) Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa, (5) Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa, (6) Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada (Ahmad Sudrajat, 2008)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas adalah secara umum Lesson Study melalui tahapan Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan) dan See (Refleksi).

d. Macam Lesson Study

Macam Lesson Study di Indonesia dapat dibagi atas (1) Lesson Study berbasis MGMP, Lesson Study yang dilaksanakan oleh anggota MGMP yang merupakan guru-guru yang mengampu mata pelajaran yang sama dan diketuai oleh fasilitator MGMP; dan (2) Lesson Study berbasis Sekolah, yaitu Lesson Study dilaksanakan di tingkat sekolah diketuai Kepala Sekolah dan diantara tujuannya untuk mereformasi budaya sekolah (Depdiknas/Depag-JICA, 2009)

e. Tujuan Lesson Study

Tujuan utama Lesson Study adalah (1) Meningkatnya pengetahuan tentang materi ajar, (2) Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran,(3) Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar, (4) Semakin kuatnya hubungan kolegalitas, (5) Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai, (6) Semakin meningkatnya motivasi belajar, baik guru maupun siswa untuk selalu berkembang, (7) Meningkatnya kualitas pembelajaran (Hendayana, H, dkk., 2006: 39).

Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya (dalam Ahmad Sudrajat,2008)

f. Ciri-ciri Lesson Study

Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: (1) Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya; (2) Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa; (3) Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah; (4) Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

g. Manfaat Lesson Study

Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru, apabila dia melaksanakan LS secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru (Lewis, 2002), yaitu (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega (Santyasa, 2009)

Sementara itu, menurut Lesson Study Project (dalam Ahmad Sudrajat, 2008) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat Lesson Study adalah guru dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, yaitu (1) mengkaji tujuan pembelajaran; (2) memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran menjadi lebih baik; (3) mengkaji dan memperdalam pengetahuan materi pembelajaran; (4) merancang pembelajaran (baik mandiri maupun kolaboratif); (5) mengkaji proses pembelajaran dan perilaku siswa; (6) mengembangkan pengetahuan paedagogis; (7) melihat hasil pembelajaran sendiri hasil umpan balik siswa dan kolega serta mendokumentasikan kemajuan kerjanya; dan (8) memperkaya bahan diseminasi dan penulisan karya ilmiah.

4. Lesson Study Berbasis MGMP

Lesson Study berbasis MGMP memiliki dua tujuan, (1) agar para guru mata pelajaran bisa saling belajar dari realita-realita pembelajaran siswa dalam kelas yang nyata: mengapa mereka bisa atau tidak bisa belajar dengan baik dalam situasi-situasi tertentu pada pembelajaran yang diamati dan bagaimana sebaiknya guru-guru menanggapi situasi-situasi semacam itu, dan (2) memperkuat latar belakang guru mata pelajaran tentang materi pelajaran.

Kelebihan dan keistimewaan Lesson Study berbasis MGMP adalah mampu mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang saling berdekatan. Jika para guru hanya mau bekerja sama dengan teman-teman sejawatnya di sekolah yang sama, maka mereka akan kesulitan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Di sekolah lain, mungkin saja ada guru yang memiliki latar belakang lebih kuat atas satu mata pelajaran atau aspek-aspek pedagogis tertentu. Jadi, interaksi dengan guru dari sekolah lain sangat bermanfaat terutama bagi guru yang latar belakang pendidikannya “tidak sesuai”, atau yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka (Depdiknas/Depag-JICA, 2009)

III. IMPLEMENTASI LESSON STUDY

1. Tahapan Implementasi Lesson Study

a. Tahap Pengenalan Lesson Study

Pengenalan Lesson Study dalam kegiatan MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir dimulai pada tahun 2007. Tepatnya pada 6 September 2007, bertempat di SMP Negeri 1 Indralaya dengan narasumber Pirdaus, S.Pd.,M.M., widyaiswara LPMP Sumatera Selatan. Pertemuan ini dihadiri 15 orang guru matematika dari berbagai SMP baik negeri maupun swasta di Kabupaten Ogan Ilir.

Pada pertemuan ini dibahas materi Pengertian Lesson Study, Tahapan pelaksanaan Lesson Study, upaya pengembangan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui Lesson Study. Hasil pertemuan ini adalah guru-guru anggota MGMP mulai mengenal Lesson Study bukanlah metode atau strategi pembelajaran melainkan kajian pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi guru.

Selanjutnya pada pertemuan berikutnya, 12 september 2007, bertempat di SMP Negeri 1 Indralaya dengan narasumber Pirdaus, S.Pd.,M.M., dan dihadiri 15 orang anggota MGMP. Pada kesempatan ini, dibahas materi lanjutan pengenalan Lesson Study dan narasumber menampilkan video contoh praktek Lesson Study di Amerika Serikat kemudian mendiskusikannya. Pertemuan ini diakhiri dengan pembentuk tiga kelompok Lesson Study, yaitu Kelompok Tanjung Raja, Kelompok Indralaya dan Kelompok Tanjung Batu. Pelaksanaan Lesson Study direncanakan sesuai kesepakatan anggota kelompok masing-masing.

Hasil pertemuan ini adalah guru-guru anggota MGMP mulai memahami bahwa Lesson Study merupakan wadah saling berbagi menimba pengalaman dan pengetahuan untuk pembelajaran yang lebih baik.

  1. Tahap Pelaksanaan Lesson Study

Tahap Pelaksanaan Lesson Study dimaksudkan pada tahap ini anggota MGMP mempraktikkan langsung tahapan-tahapan Lesson Study dan praktik pembelajarannya menggunakan kelas yang sebenarnya. Tahap ini dilaksanakan sebanyak Sembilan kali dengan rincian 4 (empat ) pertemuan pada tahun 2008, 2 (dua) pertemuan pada tahun 2009 dan 4 (empat) pertemuan tahun 2010. Berikut ini tertera jadwal dan Guru Model Kegiatan Open Class (Buka Kelas).

HASIL

Guru memahami pengertian Lesson Study

Guru dapat mengembangkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyengkan.

Guru dapat menyusun RPP bernuansa PAKEM

Guru dapat melakukan Buka Kelas, mengobservasi Kelas dan merefleksi pembelajaran

Guru memahami pengertian Lesson Study, merancang pembelajaran dan menyusun RPP

Guru dapat melakukan Buka Kelas, mengobservasi Kelas dan merefleksi pembelajaran

Guru memahami pengertian Lesson Study, merancang pembelajaran dan menyusun RPP

Guru dapat melakukan Buka Kelas, mengobservasi Kelas dan merefleksi pembelajaran

Guru dapat melakukan Buka Kelas, mengobservasi Kelas dan merefleksi pembelajaran

NARASUBER

Pirdaus, S.Pd., M.M.(Widyaiswara LPMP Sumsel)

Pirdaus, S.Pd., M.M.(Widyaiswara LPMP Sumsel)

Pirdaus, S.Pd., M.M.(Widyaiswara LPMP Sumsel)

Pirdaus, S.Pd., M.M.(Widyaiswara LPMP Sumsel)

Pirdaus, S.Pd., M.M.(Widyaiswara LPMP Sumsel)

Pirdaus, S.Pd., M.M.(Widyaiswara LPMP Sumsel)

Marion, S.Pd., Guru SMPN 1 Tanjung Raja

Marion, S.Pd., Guru SMPN 1 Tanjung Raja

Marion, S.Pd., Guru SMPN 1 Tanjung Raja

MATERI / KEGIATAN

Pengenalan Lesson Study : “Apa dan Mengapa Lesson Study”

Pembelajaran Lebih baik: “Pembelajaran Aktif, Kreatif , Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)”

Merancang Pembelajaran : “Menyusun Silabus dan RPP”

Pelaksanaan Lesson Study: Melakukan Buka Kelas , melakukan Observasi dan Refleksi

Teori tentang Lesson Study, membentuk kelompok Lesson Study dan merancang pembelajaran (RPP)

Melakukan Buka Kelas , melakukan Observasi dan Refleksi

Pengertian, Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, dan Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study dan Merancang Pembelajaran (RPP)

Melakukan Buka Kelas , melakukan Observasi dan Refleksi Kelompok Kelas VIII

Melakukan Buka Kelas , melakukan Observasi dan Refleksi , Kelompok Kelas VIII

HARI, TANGGAL, TEMPAT

Rabu, 27 Agustus 2008,

SMPN 1 Indralaya

Rabu, 10 September 2008

SMPN 1 Indralaya

Selasa, 16 September 2008

SMPN 1 Indralaya

Rabu, 24 September 2008

SMPN 1 Indralaya

Rabu, 28 Oktober 2009 SMP Negeri 1 Indralaya Utara

Rabu, 4 November 2009 SMPN 1 Indralaya

Rabu, 19 Mei 2010 ,SMPN 1 Tanjung Raja (Gugus Tanjung Raja)

Rabu, 22 Juni 2010, SMPN 1 Tanjung Raja(Gugus Tanjung Raja)

Rabu, 28 Juli 2010, SMPN 1 Tanjung Raja(Gugus Tanjung Raja)

NO

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Berikut ini jadwal pertemuan Pelaks anaan Lesson Study:

Daftar Guru Model kegiatan Open Class

HARI, TANGGAL

KELOMPOK

NAMA, ASAL SEKOLAH

KETERANGAN

Rabu, 24 September 2008 SMPN 1 Indralaya

Kela VII

Mu’azri, S.Pd., SMPN 3 Muara Kuang


Kelas VIII

Latifawati, SMP Negeri 1 Indralaya Selatan

Kelas IX

Misroni, BA, SMPS Cinta Manis

Rabu, 4 November 2009 SMPN 1 Indralaya

Kela VII

Rudi Kusmiran, S.Pd., SMPN 3 Indralaya


Kelas VIII

Latifawati, S.Pd., SMPN 1 Indralaya Selatan

Kelas IX

Dra. Siti Fadilah, SMPN 2 Indralaya Utara

Rabu, 22 Juni 2009 SMPN 1 Tanjung Raja

Kelas VIII

Rizky Intan Pramestya, S.Pd., SMPN 4 Rantau Panjang


Rabu, 28 Juli 2009 SMPN 1 Tanjung Raja

Kela VII

Herni Novari, S.Pd., SMPN 2 Tanjung Raja


Dari tabel di atas, pada tahun 2008, materi pertemuan disusun sedemikian rupa, dimulai dengan pengenalan tentang Lesson Study, PAKEM, Penyusunan RPP dan diakhiri dengan pelaksanaan Buka Kelas dan Refleksi dengan harapan memberikan landasan yang kuat bagi anggota MGMP untuk memahami Lesson Study. Diawali dengan pengenalan Lesson Study agar anggota MGMP yang belum mengenal Lesson Study memiliki pemahaman awal yang sama sebelum melaksanakan Lesson Study. Materi tentang PAKEM ditambahkan dengan maksud memberi gambaran kepada anggota MGMP bahwa satu diantara pembelajaran yang lebih baik adalah pembelajaran yang bernuansa PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Selanjutnya diakhiri dengan refleksi untuk memberi gambaran utuh tentang Lesson Study yang terdiri dari tiga tahapan: Plan (Perencanaan, merancang pembelajaran), Do (Pelaksanaan, buka kelas) dan See (Refleksi, mengevaluasi hasil pembelajaran).

Tahun 2009 dan 2010, materi kembali disusun mulai dari pengenalan Lesson Study, merancang pembelajaran, pelaksanaan Buka Kelas dan diakhiri dengan kegiatan Refleksi. Setiap tahun harus diulang dari awal mengingat banyaknya pergantian wajah baru anggota MGMP dimana sebagian besar belum mengenal Lesson Study.

Hasil yang dapat dicatat dari pelaksanaan Lesson Study di atas adalah:

1) Pada saat Plan (Perencanaan)

a) RPP yang dihasilkan guru-guru anggota MGMP sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Menurut PP ini ada 11 komponen yang harus ada dalam RPP yang disusun guru, yaitu (1) Identitas Mata Pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran dan jumlah pertemuan; (2) Standar kompetensi; (3) Kompetensi Dasar; (4) Indikator Pencapaian Kompetensi; (5) Tujuan Pembelajaran; (6) Materi Ajar; (7) Alokasi Waktu; (8) Metode Pembelajaran; (9) Kegiatan Pembelajaran, yang meliputi Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti dan Penutup; (10) Penilaian Hasil Belajar; dan (11) Sumber Belajar. Pada kegiatan inti tergambar proses elaborasi, eksplorasi dan konfirmasi. Di samping itu RPP yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip (1) memperhatikan perbedaan individu, (2) mendorong partisipasi peserta didik, (3) mendorong budaya membaca dan menulis, (4) memberi umpan balik dan tindak lanjut, (5) keterkaitan dan keterpaduan, (6) menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Contoh RPP yang dimaksud terlampir beserta makalah ini.

b) Cara penyusunan RPP, menurut buku “Panduan Lesson Study Berbasis MGMP” yang dikeluarkan oleh Depdiknas RI menyebutkan ada dua cara, yaitu (1) RPP disusun bersama secara kolaboratif dan diperbaiki bersama, (2) RPP disusun Guru Model secara mandiri kemudian didiskusikan bersama untuk disempurnakan. Penyusunan RPP cara (1) dilakukan oleh Kelompok Kelas VII dan Kelas VIII tahun 2008, Kelompok Kelas VIII dan Kelas IX tahun 2009 dan Kelompok Kelas VIII tahun 2010; dan cara (2) dilakukan oleh Kelompok Kelas IX tahun 2008, Kelompok Kelas VII tahun 2009 dan Kelompok Kelas VII tahun 2010.

c) Pemilihan Guru Model dan Kelas Model

Menurut buku “Panduan Lesson Study Berbasis MGMP, pemilihan Guru Model dapat ditentukan sebelum menyusun RPP maupun setelahnya, sesuai dengan cara penyusunan RPP di atas. Sedangkan pemilihan Kelas Model sebaiknya adalah kelas yang memang diajar/diampu oleh Guru Model. Pada kegiatan Lesson Study MGMP Matematika SMP Kabupaten Ogan Ilir, pemilihan Kelas Model dilakukan tidak berdasarkan saran tersebut. Hal ini beralasan tempat pertemuan bukanlah sekolah tempat Guru Model bertugas mengajar.

Gambar 1 . Plan : Merancang pembelajaran – menyusun RPP

2) Pada tahap Do ( Pelaksanaan )

a) Kerja Kelompok (Cooperatif Learning), sangat disarankan buku panduan di atas. Sesuai saran ini, semua Guru Model pada pelaksanaan Lesson Study memanfaatkan kerja kelompok (metode diskusi) dalam perencanaan maupun pembelajarannya.

b) Pengembangan Alat Bantu Ajar sangat dianjurkan dengan tujuan agar pembelajaran bersifat eksploratori ( siswa memperoleh kesempatan seluas-luasnya bereksplorasi). Dalam menggunakan LKS, harus dihindari LKS yang berisi “langkah-tertuntu” dan “terperinci”. LKS yang baik adalah yang mengandung sedikit pertanyaan namun memaksa siswa berfikir dalam. Dalam hal ini hampir semua kelompok Lesson Study MGMP Matematika telah menghasilkan LKS yang eksploratif tersebut di atas (Contoh hasil terlampir). Di samping itu, Guru Model yang berkesempatan tampil telah menggunakan alat bantu ajar kongkrit yang melibatkan dalam pemanfaatannya. Misalnya Misroni, BA, Guru Model Kelas IX tahun 2008 yang Buka Kelas di Kelas IX.1 SMP N 1 Indralaya menggunakan bola model, karton, benang, dan lem untuk menantang siswa menemukan sendiri rumus Luas Bola, seperti gambar berikut:

Gambar 2 . Do: Misroni, BA (Guru Model) membimbing siswa bereksplorasi menemukan rumus Luas Bola

Contoh lain, adalah Rizky Pramestya, S.Pd., Guru Model Kelas VII membuka Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tanjung Raja dengan memanfaatkan media LCD Proyektor untuk menjelaskan Pengurangan Bilangan Bulat di samping LKS yang telah dipersiapkan. Dengan disertai animasi menarik, pembelajaran tersebut sangat menarik perhatian siswa.

Gambar 3 . Rizky IP, S.Pd (Guru Model) mencuri perhatian siswa dengan LCD dan mengaktifakn siswa dengan LKS.

c) Posisi Pengamat harus dapat melihat wajah siswa, karena Lesson Study adalah belajar dari realita siswa (Depdiknas, 2009). Untuk itu kelompok Lesson Study harus membuat denah kelas sebelum Buka Kelas agar posisi pengamat sesuai dan mempermudah mobilitas siswa bila kerja kelompok. Dalam hal ini Kelompok Lesson Study MGMP telah berupaya membuat denah kelas dan member nomor di bahu siswa untuk mempermudah pengamatan. Namun mengingat keadaan ruang kelas yang tersedia, kadang hal tersebut tidak dapat dipenuhi. Seperti Buka Kelas di SMPN 1 Tanjung Raja yang menggunakan Ruang Multistudy yang tidak terlalu luas. Akibatnya pengamat terpaksa mengambil posisi di belakang. Sedangkan Buka Kelas di SMPN 1 Indralaya cukup membuat guru pengamat nyaman mengamati, karena ruangan cukup besar.

Gambar 4 . Pengamat bebas bergerak Gambar 5. Pengamat di belakang siswa

( Buka Kelas di SMPN 1 Indralaya) ( Buka Kelas di SMPN 1 Tanjung Raja)

d) Lembar Observasi Kelas sebaiknya digunakan terutama untuk pemula. Hal ini dimaksudkan agar Guru Pengamat ada panduan apa yang diamati dalam kegiatan Buka Kelas. Pada dasarnya ada dua hal yang perlu diamati, (1) apakah siswa benar-benar mengikuti pembelajaran dan (2) bagaimana kualitas pembelajaran (Depdiknas, 2009). Dalam hal ini Kelompok Lesson Study MGMP Matematika telah menggunakan dua jenis Lembar Observasi seperti gambar berikut:

Gambar 6 . Lembar Observasi Kelas (1)

Gambar 7 . Lembar Observasi Kelas (2)

Pada Lembar Observasi Kelas (1), Guru Pengamat hanya menuliskan fakta pembelajaran sesuai pertanyaan pada lembar observasi tersebut, tanpa menyebutkan alasan mengapa fakta itu terjadi dan apa solusi atas masalah itu. Lembar Observasi ini digunakan pada kegiatan Lesson Study tahun 2008 dan 2009. Sedangkan Lembar Observasi Kelas (2) digunakan pada kegiatan Lesson Study tahun 2010 di Gugus Tanjung Raja, tepatnya di SMPN 1 Tanjung Raja. Pada lembar ini, Guru Pengamat menuliskan hasil pengamatanya cukup lengkap meliputi fakta pembelajaran, analisis mengapa fakta itu terjadi dan solusi atau saran untuk mengatasi masalah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang disarankan buku “Panduan Lesson Study Berbasis MGMP” seperti pada gambar berikut:

Gambar 6 . Contoh Penulisan Hasil Pengamatan Kelas

3) Pada tahap See (Refleksi),

a) Fasilitator sebaiknya menjadi Moderator yang memimpin dan menghidupkan diskusi dalam kegiatan refleksi. Ada rambu-rambu untuk menjadi moderator, yaitu menjawab pertanyaan (1) apakah peserta saling mendengarkan?, (2) apakah peserta refleksi menyampaikan analisis setelah menyampaikan bukti (fakta pembelajaran)?, (3) apakah sebagian besar menyampaikan komentar? Dan (4) Moderator tidak perlu menyimpulkan (Depdiknas, 2009). Sehubungan dengan rambu-rambu ini, fasilitator kegiatan Lesson Study MGMP Matematika, dalam hal ini Pirdaus, S.Pd.M.M, dan Marion, S.Pd. telah berupaya menjalankan perannya sesuai panduan di atas. Hanya saja kadang-kadang hasilnya kurang maksimal, karena keterbatasan masing-masing pemahaman masing-masing peserta diskusi, termasuk fasilitator sendiri.

b) Guru Pengamat harus menghindari kritik tajam dan pedas kepada guru Buka Kelas. Sebaiknya menyampaikan refleksi disertai analisis dan bukti (fakta pembelajaran) (Depdiknas, 2009). Sehubungan panduan ini, masih ada Guru Pengamat menyampaikan refleksinya hanya menyampaikan fakta tanpa menyampaikan analisis mengapa fakta itu terjadi dan bangaimana solusinya. Namun secara bertahap setiap tahun mulai tahun 2008 sampai 2010, guru anggota MGMP Matematika mulai mampu menyampaikan hasil observasinya sesuai tuntunan di atas.

Gambar 6 . Refleksi pembelajaran Gambar 3 . Guru Pengamat member komentar

4) Kehadiran guru-guru anggota dalam mengikuti kegiatan Lesson Study ini terlihat menurun. Sebenarnya jumlah keseluruhan anggota bertambah. Hal ini terjadi karena kehadiran anggota dari beberapa sekolah bergiliran dengan alasan tidak dapat meninggalkan tugas mengajar, selain beberapa anggota lagi tidak mendapat izin Kepala Sekolah karena ada jam tugas mengajar.



Grafik 1. Jumlah kehadiran guru dalam kegiatan Lesson Study

  1. Tahap Pengembangan Lesson Study

Pada tahap ini pelaksanaan Lesson Study mulai dikembangkan berbeda dengan pelaksanaan Lesson Study pada tahun sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada jumlah Guru Model yang melakukan Buka Kelas, yaitu lebih dari satu orang. Pembelajaran dilakukan menggunakan konsep Team Teaching.

Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Kabupaten, gabungan dari seluruh Gugus MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir, pada hari Rabu, 28 Oktober 2010 di SMP Negeri 1 Indralaya dengan narasumber Pirdaus, S.Pd.,M.M., Widyaiswara LPMP Sumatera Selatan dan dihadiri 38 orang anggota MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir (Gabungan seluruh Gugus). Guru Model yang merupakan tim (Team Teaching), yaitu Susriyati, S.Pd., guru SMPN 1 Sungai Pinang dan Erdiyanto, S.Pd., guru SMP Negeri 1 Pemulutan Selatan. Sebagai kelas model diminta 20 orang siswa kelas IX.1 SMPN 1 Indralaya. Materi pembelajaran tentang Statistika. Kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, terlihat dari konsentrasi siswa dalam bekerja sama menyelesaikan LKS yang diberikan guru dan tidak peduli dengan banyaknya guru pengamat di sekitar mereka. Guru Model secara bergantian memberi arahan kepada siswa agar memahami materi yang dipelajari.

Di sisi lain, guru pengamat memperhatikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang guru ini. Sebagian guru pengamat menyampaikan dalam kegiatan refleksi bahwa pembelajaran team teaching ini sangat membantu pemahaman siswa. Kebutuhan siswa untuk lebih diperhatikan terpenuhi, karena satu guru memberi arahan dan satu guru lagi membimbing secara langsung siswa yang kesulitan. Pengamat lain ada yang menyatakan keinginan mempraktekkan team teaching di sekolahnya.

Bagi Guru Model, seperti yang disampaikan dalam kegiatan refleksi, pembelajaran ini terasa lebih ringan karena mengajarnya saling bantu sehingga siswa seperti mudah sekali menerima pelajaran. Meskipun awalnya agak bingung dan grogi bagaimana mengajar bedua, namun Guru Model merasakan ini pengalaman pertama yang berharga dan menerima masukan dari kolega dan siswa.

Narasumber kegiatan ini menyatakan bahwa team teaching sangat mungkin dilakukan dalam kelompok Lesson Study dan tergantung kesepakatan anggota kelompok. Implementasinya di sekolah memang sangat sulit mengingat kurangnya tenaga guru di sekolah tersebut, namun bila ada keinginan banyak jalan yang dapat ditempuh. Misalnya dengan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran serumpun atau dengan guru matematika dari sekolah terdekat. Selanjutnya narasumber menegaskan yang terpenting adalah bagaimana guru mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari kegiatan Lesson Study.

2. Dampak Implementasi Lesson Study Berbasis MGMP

  1. Meningkatnya pengetahuan dan pengalaman anggota MGMP dalam melaksanakan Lesson Study. Hal ini dapat dilihat dari beberapa guru anggota MGMP yang ditanya secara acak tentang Lesson Study, mereka dapat menjelaskan dengan baik.
  2. Semakin eratnya hubungan kolegalitas antar anggota MGMP karena seringnya terlibat dalam diskusi dalam kegiatan Lesson Study, baik itu pada saat merancang pembelajaran secara kolaboratif, saat melakukan buka kelas maupun pada saat melakukan refleksi. Bahkan ada guru yang melaporkan sangat beruntung sekali dengan kegiatan Lesson Study ini karena kesulitannya mengajar di sekolahnya teratasi setelah becermin dari kegiatan buka kelas yang dilakukan Guru Model.
  3. Mulai tumbuhnya keinginan untuk memperbaiki pembelajarannya karena melihat proses pembelajaran yang dilakukan guru model, terutama bagi guru yang terlibat langsung menjadi guru model lebih dari satu kali. Terlihat peningkatan mutu pembelajarannya terutama dalam hal pengelolaan kelas menjadi lebih aktif.
  4. Meningkatnya kemampuan guru mengamati proses pembelajaran di kelas, menerima umpan balik baik dari siswa maupun dari kolega

3. Hambatan Implementasi Lesson Study Berbasis MGMP

  1. Beberapa anggota sering tidak hadir dalam pertemuan karena alasan ada jadwal mengajar dan tidak mendapat izin dari Kepala Sekolah. Padahal sudah ada kesepakatan sebelumnya agar hari pertemuan MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir, yaitu hari Rabu agar dikosongkan dari jadwal mengajar, namun karena kurangnya tenaga guru atau guru yang bersangkutan ada kegiatan lain, kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan.
  2. Adanya pergantian anggota pada setiap tahunnya, bahkan setiap bulannya, sehingga selalu ada wajah baru yang mengganti anggota lama. Alasan yang dikemukakan atas perintah Kepala Sekolah agar bergantian mengikuti kegiatan MGMP. Dengan kata lain, anggota MGMP menjadi tidak bersifat permanen seperti yang diamanatkan dalam buku “Standar Pengembangan KKG/MGMP” yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun2008. Akibatnya materi yang dibahas di MGMP tidak berkesinambungan, selalu mengulang dari awal.

4. Tindak Lanjut Implementasi Lesson Study

Mengingat positifnya dampak implementasi Lesson Study berbasi MGMP, khususnya , bagi peningkatan mutu pembelajaran, maka MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir merencanakan semua program kegiatan MGMP ke depannya berbasis Lesson Study. Maksudnya dalam membahas suatu materi yang menunjang kegiatan pembelajaran misalnya menyusun RPP, membuat bahan ajar, dan penilaian dikemas dalam kerangka Lesson Study.

IV. PENUTUP

1. Kesimpulan

a) Implementasi Lesson Study yang telah dilaksanakan di MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir dibagi dalam tiga tahapan yaitu (1) tahap pengenalan, meliputi pengenalan pengertian Lesson Study, latar belakang, tahapan pelaksanaan, dampak dan manfaat Lesson Study (2) tahap pelaksanaan, merupakan praktik kajian pembelajaran sesuai tahapan Lesson Study di kelas yang sebenarnya dan (3) tahap pengembangan, upaya mengembangkan Lesson Study, misalnya kajian pembelajaran Team Teaching

b) Dampak Implementasi Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir adalah (1) meningkatnya pemahaman anggota MGMP tentang pentingnya kajian pembelajaran secara kolaboratif guna peningkatan mutu pembelajaran, (2) semakin eratnya hubungan kolegalitas antar anggota MGMP, (3) tumbuhnya keinginan memperbaiki pembelajaran kea rah yang lebih baik dan (4) meningkatnya kemampuan guru anggota melakukan observasi kelas.

c) Hambatan Implementasi Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir adalah (1) beberapa anggota sering tidak hadir dalam pertemuan karena alasan ada jadwal mengajar dan tidak mendapat izin dari Kepala Sekolah, (2) adanya pergantian anggota pada setiap tahunnya, bahkan setiap bulannya, sehingga selalu ada wajah baru.

d) Tindak lanjut Implementasi Lesson Study pada MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir adalah merencanakan pelaksanaan program MGMP khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran dalam kerangka Lesson Study

2. Saran

a. Kegiatan Lesson Study sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan baik itu dilaksanakan berbasis MGMP maupun berbasis sekolah

b. Bercermin dari kemajuan pendidikan Jepang, tempat asalnya Lesson Study, sebaiknya pihak berwenang di bidang pendidikan agar terus mensosialisasikan Lesson Study terutama kepada Kepala-kepala Sekolah.

c. Keanggotaan MGMP sebaiknya bersifat permanen, mandiri dan atas dasar inisiatif pribadi agar program MGMP dapat terlaksana berkesinambungan dan member manfaat besar bagi guru anggotanya.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Ayu N. 2007. Membangun Citra Baru Untukmu Guru. Majalah Pendidikan (edisi Mei-Juni 2007). Online: http://one1thousand100education.wordpress.com

Depdiknas RI. 2008. Standar Pengembangan KKG/MGMP. Jakarta: Depdiknas RI

Depdiknas RI, Depag RI dan JICA. 2009. Panduan Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas RI

Hendayana, S, dkk. (2006). Lesson Study. Bandung: UPI Press.

Krisnawan SR. 2010. Penerapan Metode Lesson Study dalam Pembentukan Pendidikan yang Berkarakter. Surakarta: USM

Mayansari. 2010. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan. Online: http://republikguru.blogspot.com/2010/07/penyebab-rendahnya-mutu-pendidikan.html

Santyasa, I Wayan. 2009. Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran. Disajikan dalam ”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida,Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida

Sudradjat, Akhmad. 2008. 5 Cara Guru Belajar. Online: http://akhmadsudrajat.wordpress.com

_______________. 2008. Tentang Lesson Study. Online: http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Supriatna, Usep. 2009. Mengatasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Lesson Study. Online: http://muhammadirfani.wordpress.com/2009/02/22/mengatasi-hambatan-dalam-pelaksanaan-lesson-study-2/

Sutrisno. 2009. MGMP Inovasi Pendidikan. Online: http://budisutrisnompd.blogspot.com

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

BIODATA PENULIS

  1. Nama : Marion, S.Pd.

NIP : 19700529 199703 1 001

Unit Kerja : SMP Negeri 1 Tanjung Raja

Jabatan : Sekretaris MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir

  1. Nama : Dina Renita, S.Pd.

NIP : 19690228 199412 2 004

Unit Kerja : SMP Negeri 4 Pemulutan

Jabatan : Ketua MGMP Matematika Kabupaten Ogan Ilir








 

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © MGMP MATEMATIKA SMP OGAN ILIR Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger