Zainab
Guru SMP Negeri 3 Pemulutan
email : zai_enab@yahoo.com
Abstrak :
Kemampuan komunikasi
matematis siswa merupakan fondasi
dalam membangun pengetahuan siswa terhadap matematika baik lisan maupun
tulisan. Ada tujuh indikator yang dapat dilihat untuk membangun kemampuan
mengkomunikasikan ide atau gagasan kedalam model matematika. Walaupun kemampuan komunikasi matematis siswa sangat
penting namun pada kenyataannya siswa sedikit sekali dapat mengkomunikasikan
ide tersebut sehingga kemampuan siswa juga berkurang. Siswa hanya biasa
mengerjakan soal yang dituntut mencari hasil namun tidak atau jarang sekali
ditanya asal usul atau langkah-langkah pengerjaannya. Sehubungan dengan itu,
maka tulisan ini bertujuan untuk meyajikan peranan pembelajaran yang berkaitan
dengan realitas sehingga dapat mengembangkan skill komunikasi matematis siswa.
Kata Kunci : Komunikasi,
Komunikasi matematis, Pembelajaran Matematika
A. PENDAHULUAN
Visi dan tujuan dari dokumen The National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM), yaitu Princples and Standards for School
Mathematics, semua siswa harus mendapatkan kesempatan untuk mempelajari,
mengapresiasi, dan menerapkan skill-skil, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip
matematika baik didalam ataupun diluar sekolah (Wahyudin, 2008:4). Standar
NCTM (Van de Walle, 2008:4) sebagai
standar utama dalam pembelajaran matematika
yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem
solving), kemampuan komunikasi (communication),
kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran
(reasoning), dan kemampuan
representasi (representation). Kelima standar tersebut mempunyai peranan penting dalam
kurikulum matematika.
Pada
masa ini, para siswa
sekolah menengah
harus dapat mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat yang menuntut
pemahaman dan apresiasi terhadap matematika. Siswa dituntut dalam masyarakat
untuk menerapkan skill-skill matematika dikehidupan
nyata. Selain itu, prestasi
belajar matematika juga tergolong
mengkhawatirkan bahkan mungkin nilai yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
dengan pelajaran lainnya. Hal ini terjadi karena ada siswa
menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, terlalu banyak berhitung dan penuh rumus
serta membosankan. Matematika
adalah ilmu yang juga sulit
untuk dikomunikasikan karena terbentur dengan simbol-simbol, bersifat abstrak,
serta miskin komunikasi terutama komunikasi lisan.
Nilai hasil belajar siswa Indonesia
di bidang studi matematika, berdasarkan hasil dari TIMSS
– Third International Mathematics and
Science Study menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada
di peringkat 34 dari 38 negara. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi guru
ataupun calon guru pada khususnya dan
semua yang terkait dalam lembaga pendidikan pada umumnya untuk mengubah
pandangan atau paradigma siswa terhadap matematika.
Pada umumnya, pembelajaran matematika dilakukan guru
kepada siswa adalah dengan tujuan siswa dapat mengerti dan menjawab soal yang
diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak pernah atau jarang sekali dimintai
penjelasan asal mula mereka mendapatkan jawaban tersebut. Akibatnya siswa jarang sekali
berkomunikasi dalam matematika. Hal
ini juga dipertegas oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan bahwa pada
kenyataannya siswa sulit untuk mengkomunikasikan kembali materi yang didapat.
Kemampuan komunikasi siswa sulit untuk dilihat baik lisan maupun tulisan karena
siswa identik hanya melihat dan mengikuti temannya yang dianggap baik di dalam
kelas. Selain itu, sedikit sekali bahkan jarang siswa yang bertanya maupun
menjawab apa yang diinformasikan oleh guru. Apabila siswa terlibat
aktif dalam proses belajar, mereka akan lebih mampu membangun gagasan, ide, dan
konsep matematika. Sehingga siswa akan memiliki konsep atas topik matematika
tersebut. Selain itu,
mereka juga dapat mengembangkan skill-skillnya.
Pada kurikulum KTSP 2006, siswa
dituntut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa secara tidak langsung harus
dapat mengkomunikasikan hasil belajar baik secara tulisan maupun lisan. Namun
kenyataan yang ada, siswa sulit untuk aktif karena keterbatasan kemampuan
berkomunikasi matematika sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran. Untuk
mengurangi keadaan ini, maka siswa perlu dibiasakan mengkomunikasikan secara
lisan dan tulisan idenya kepada orang lain sesuai dengan penafsirannya sendiri
sehingga orang lain dapat menilai dan memberikan tanggapan terhadap
penafsirannya. Mendengarkan
pikiran orang lain dan penjelasan tentang alasan mereka memberikan kesempatan
untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Karena itu, perlu dikembangkan
kemampuan komunikasi siswa dalam berkomunikasi pada setiap
pembelajaran dan
menjadi tantangan bagi setiap guru matematika. Tantangannya adalah “Bagaimana
mengembangkan
pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?”.
B. PEMBAHASAN
1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Menurut Artmanda W. dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dan Kamus bahasa Indonesia online secara
terminology,
komunikasi berarti pengiriman dan
penerimaan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami; hubungan; kontak. Komunikasi adalah
cara untuk berbagi (sharing) ide,
gagasan dan mengklarifikasi pemahaman kepada sesama. Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu informasi dari satu orang ke
orang lain sehingga mereka mempunyai makna yang sama terhadap informasi
tersebut.
Berkomunikasi
diperlukan alat berupa Bahasa. Matematika adalah salah satu alat bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi.
Matematika merupakan bahasa yang universal dimana untuk satu simbol dalam matematika dapat dipahami
oleh setiap orang di dunia ini, misalnya dalam matematika menyatakan jumlah
menggunakan lambang ∑ (dibaca sigma).
Menurut Barton (2008,152), ide-ide
matematika yang akan dikomunikasikan harus
sistematis, sehingga matematika dihasilkan. Hal ini yang menyebabkan mengapa
matematika dan bahasa harus berkembang
bersama.
Secara
umum, bahasa metematika menggunakan empat kategori simbol: simbol-simbol untuk
gagasan (bilangan dan elemen-elemen), simbol-simbol untuk relasi (yang
mengindikasikan bagaimana gagasan-gagasan dihubungkan atau berkaitan satu sama
lain), simbol-simbol untuk operasi (yang mengindikasikan apa yang dilakukan
dengan gagasan-gagasan ), dan simbol-simbol untuk tanda baca (yang mengindikasikan
urutan di mana matematika
itu diselesaikan). Beberapa dari simbol-simbol (lambang) itu dicantumkan dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 1. Simbol-Simbol Matematika
Lambang Bilangan
|
Lambang-Operasi Bilangan
|
Lambang Tanda Baca
|
Angka
|
Lambang Arti Contoh
|
Lambang Arti
Contoh
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
+ Penjumlahan 1 +
2 = 3
-
Pengurangan 3
– 2 = 1
x
Perkalian 2 x 3 = 6
: Pembagian 6 : 2 = 3
|
,
Koma desimal µ
= 3,1416
, Koma A = {2, 3, 4}
( ) Tanda Kurung 2 + (3+1) = 6
[ ] Tanda Kurung Siku 2+[1+(3+1)]=7
{ } Tanda kurung kurawal {1,2}={2,1}
|
Sumber : Wahyudin,2008:102
Menurut ILOs-The
Intended Learning Outcomes
(dikutip Armiati, 2009), komunikasi matematika adalah suatu
keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan mengekspresikan ide-ide
matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan
dan tulisan.
Komunikasi
matematika menurut NCTM adalah
kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan
masalah, kemampuan siswa mengkonstruksikan dan menjelaskan sajian fenomena
dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik atau kemampuan
siswa memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri (dikutip Jazuli, 2009).
Melalui
komunikasi, ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif; cara
berfikir siswa dapat dipertajam; pertumbuhan pemahaman dapat diukur; pemikiran
siswa dapat dikonsolidasikan dan diorganisir; pengetahuan matematika dan
pengembangan masalah siswa dapat ditingkatkan; dan komunikasi matematika dapat
dibentuk. Sesuai dengan tingkatan atau jenjang pendidikan maka tingkat
kemampuan komunikasi matematika menjadi beragam. Komunikasi
matematis sangat penting karena matematika tidak hanya menjadi alat berfikir
yang membantu siswa untuk mengembangkan pola, menyelesaikan masalah dan menarik
kesimpulan tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikiran, ide dan
gagasan secara jelas, tepat dan singkat.
2. Jenis-jenis Kemampuan Komunikasi Matematis
Ada
banyak cara orang melakukan komunikasi, dapat dengan nyanyian, percakapan,
tanda suara tertentu, isyarat nonverbal, gambar, bahasa tubuh, kontak mata dan
tulisan. Menurut Glynn dan
Muth (dikutip Wood, 2011) bahwa pengetahuan dan matematika digunakan sebagai
wahana dalam mengajar bahasa dan kedua adalah dimana bahasa digunakan untuk mengajarkan matematika atau
pengetahuan, dari contoh membaca dan menulis untuk mempelajari pengetahuan. Ada
dua cara yang dapat dikembangkan kemampuan dalam belajar menurut Wood (2011)
yaitu :
1. Speaking
(Berbicara)
§
Presenting seminars
Pada kondisi ini,
ide matematika dapat dikombinasikan antara kemampuan mendengar dan berbicara
dengan struktur semi formal, kemudian siswa juga mendiskusikan suatu wacana
termasuk dengan kemampuan membaca.
§
Talking with colleagues and management
Komunikasi lisan sesama
teman sekelompok dalam menyelesaikan suatu wacana.
§
Negotiating and selling ideas
Bekerjasama dan negosiasi
dengan kelompok kecil dan mendiskusikan sesuatu masalah yang dianggap sulit,
berbicara tentang ide matematika dan bagaimana memberikan ide sehingga
menghasilkan pembuktian yang sederhana.
2. Writing (Menulis)
§
Informal writing
§
Formal writing
Adapun Ake-Larsson
(2007) menyatakan bahwa ide umum berupa cara yang dapat dinyatakan siswa dalam
matematika, mengubah kemampuan untuk dipublikasikan atau ditunjukkan argumen
secara logika dan memberikan mereka beberapa pengalaman dalam komunikasi lisan
dan tulisan. Sedangkan Lopatto (2003:141) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi
ada tiga, yaitu :
1.
Kemampuan
komunikasi lisan (Skill at oral
communication)
2.
Kemampuan
komunikasi tulisan (Skill at written
communication)
3.
Kemampuan
komunikasi melihat (Skill at visual
communication).
Menurut ILOs (dalam http://www.polyu.edu.hk), bahasa
dan keterampilan komunikasi : berkomunikasi secara
efektif (baik secara
lisan dan tertulis) dengan berbagai audiens di berbagai konteks
profesional dan pribadi. Pada
kemampuan komunikasi matematis siswa ini yang akan dibahas hanya kemampuan
komunikasi matematis lisan
dan kemampuan komunikasi matematis tulisan.
NCTM
(dikutip Widjajanti, 2008)
menyebutkan bahwa seorang calon guru matematika haruslah mampu mengkomunikasikan
pikiran matematisnya baik secara lisan maupun tulisan kepada sesama teman,
guru, dosen maupun kepada yang lainnya, dengan indikator-indikator, mampu (1)
mengkomunikasikan pikiran matematisnya secara koheren dan jelas kepada
teman-temannya, para dosen, dan kepada yang lainnya, (2) menggunakan bahasa
matematika untuk mengekspresikan ide/gagasannya secara tepat, (3) mengelola
pikiran matematisnya melalui komunikasi, dan (4) menganalisis dan mengevaluasi
pikiran matematis dan strategi-strategi orang lain.
3. Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematis
The Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics diterbitkan
oleh NCTM (dikutip Brenner, 1998:104) menyatakan:
di kelas 9-12, kurikulum matematika harus mencakup pengembangan lanjutan dari bahasa dan simbolisme untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika sehingga semua siswa dapat: merenungkan dan memperjelas pemikiran mereka tentang ide-ide matematika dan hubungan; merumuskan definisi dan generalisasi matematika mengekspresikan ditemukan melalui investigasi; mengekspresikan ide-ide matematika secara lisan dan tertulis; membaca presentasi tertulis dari matematika dengan pemahaman, meminta klarifikasi dan memperluas pertanyaan berkaitan dengan matematika mereka telah membaca atau mendengar tentang; (dan) menghargai ekonomi, kekuasaan, dan keanggunan notasi matematika dan perannya dalam pengembangan ide-ide matematika.
di kelas 9-12, kurikulum matematika harus mencakup pengembangan lanjutan dari bahasa dan simbolisme untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika sehingga semua siswa dapat: merenungkan dan memperjelas pemikiran mereka tentang ide-ide matematika dan hubungan; merumuskan definisi dan generalisasi matematika mengekspresikan ditemukan melalui investigasi; mengekspresikan ide-ide matematika secara lisan dan tertulis; membaca presentasi tertulis dari matematika dengan pemahaman, meminta klarifikasi dan memperluas pertanyaan berkaitan dengan matematika mereka telah membaca atau mendengar tentang; (dan) menghargai ekonomi, kekuasaan, dan keanggunan notasi matematika dan perannya dalam pengembangan ide-ide matematika.
Menurut
Sumarmo (dikutip Kadir, 2008),
komunikasi matematis merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat
berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk :
1. Merefleksikan
benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
2. Membuat
model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit,
grafik, dan aljabar;
3. Menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika;
4. Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
5. Membaca
dengan pemahaman suatu presentasi matematik tertulis;
6. Membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi, dan generalisasi; dan
7. Menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Standar kemampuan komunikasi matematik menurut NCTM (Van de
Walle, 2008:5) program pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa
untuk :
1.
Mengatur
dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui komunikasi;
2.
Mengkomunikasikan
pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas kepada teman, guru dan orang
lain;
3.
Menganalisa
dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain;
4.
Menggunakan
bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat.
Sedangkan Wardhani (2008,19) menyatakan bahwa komunikasi
matematis meliputi:
1.
Komunikasi
ide-ide, gagasan pada operasi atau pembuktian matematika banyak melibatkan
kata-kata, lambang matematis, dan bilangan.
2.
Menyajikan
persoalan atau masalah ke dalam model matematika yang berupa diagram, persamaan
matematika, grafik, ataupun tabel.
3.
mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah.
Dari ketiga pendapat ini, indikator kemampuan komunikasi
matematis Sumarmo yang mencakup kesemuanya sehingga pemakalah mengambil
indikator tersebut.
Sebagai contoh, pemakalah mengambil materi statistika
yang dihubungkan dengan dunia nyata, sehingga menuntut siswa untuk mengumpulkan, mencatat,
menginterpretasi, menganalisis, mengkomunikasikan, dan merepresentasikan data
yang sangat penting bagi proses pembuatan keputusan. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat
melalui indikator sebagai berikut :
1.
Merefleksikan benda-benda nyata, gambar,
dan diagram ke dalam ide matematika maksudnya adalah siswa
dapat merefleksikan data
ke dalam ide matematika berupa
tabel.
Dalam wacana ini, siswa dapat
mengumpulkan, mencatat, menginterpretasikan serta
menganalisis data yang telah didapat.
Contohnya :
Warna adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan ini. Warna menentukan karakter seseorang. Ada banyak warna dimuka
bumi ini yang dapat dilihat melalui pembiasan prisma pada matahari. Matahari
mempunyai 7 warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Apa
warna favoritmu? Warna kesukaanmu mungkin berbeda dengan teman-teman sekelasmu.
Untuk mengetahui warna favorit teman sekelas dapat kalian lakukan
wawancara pada setiap siswa melalui
langkah-langkah berikut :
a.
Gunakan
daftar pilihan warna favorit;
b.
Catatlah
warna favorit temanmu pada daftar pilihan warna favorit;
c.
Buatlah
daftar warna ke dalam bentuk table;
d.
Buatlah
turus yang menyatakan banyaknya siswa yang memilih warna kesukaannya;
e.
Hitung
banyak turus dan catat di kolom frekuensi.
Tabel 2 : Warna Favorit
Warna Favorit
|
Turus
|
Frekuensi
|
Merah
|
|
|
Jingga
|
|
|
Kuning
|
|
|
Hijau
|
|
|
Biru
|
|
|
Putih
|
|
|
Nila
|
|
|
Ungu
|
|
|
...
|
|
|
f.
Warna
apa yang paling disukai siswa?
g.
Warna
apa yang disukai oleh 4 siswa atau lebih?
h.
Dari
data diatas, buatlah beberapa kesimpulan dan pertanyaan!
2.
Membuat model situasi atau persoalan
menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar adalah siswa
dapat membuat model dari wacana tersebut dengan memahami secara lisan kemudian
dapat menuangkan ide yang didapat kedalam bentuk tulisan secara konkrit.
Contoh :
Bacalah informasi dibawah ini dengan seksama!
Akibat pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan,
banyak penduduk terutama rumahnya berada di pinggir jalan besar menderita ISPA
yaitu Infeksi Saluran Pernapasan. Hal ini diperkuat dengan mendapatkan data dari Rumah Sakit Boom Baru
sebagai berikut :
Tabel 3 : Penyakit
Terbanyak di Rumah Sakit Boombaru
(Sumatera Ekspres, 07 September 2011)
Dari data diatas maka apa yang dapat disimpulkan dan
buatlah beberapa konteks pertanyaan yang sesuai?
3.
Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa dan simbol matematika, dimaksudkan
adalah siswa dapat mengubah wacana dari peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa
matematika yang bersifat informal ke formal. Sehingga siswa mampu menggunakan istilah,
gambar, tabel, diagram, notasi atau rumus matematika secara tetap. Contoh terdapat pada indikator pertama.
4.
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis
tentang matematika, maksudnya siswa
dituntut untuk dapat saling bertukar pikiran dengan sesama teman tentang wacana
yang dihadapi, mendengarkan apa yang diinformasikan baik dari guru maupun
temannya. Setelah itu siswa juga mampu menuangkan wacana tersebut ke dalam
bahasa matematika.
Contoh :
Lakukan pengisian lembar angket bersama temanmu kepada
siswa SMPN 3 Pemulutan untuk mengetahui bulan kelahirannya.
a.
Bagikan
lembar angket tersebut kepada teman disekolahmu untuk diisi.
b.
Setelah
diisi, angket tersebut dikumpulkan, tulis data yang kamu peroleh dalam tabel
berikut:
Tabel 4 : Bulan Kelahiran Siswa
NO
|
BULAN
|
JUMLAH
|
NO
|
BULAN
|
JUMLAH
|
1
2
3
4
5
6
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
|
|
7
8
9
10
11
12
|
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
|
c.
Buatlah
data tabel tersebut ke dalam diagram batang, diagram garis dan diagram
lingkaran.
d. Buatlah
beberapa pertanyaan dari hasil tersebut!
5.
Membaca dengan pemahaman suatu
presentasi matematik tertulis yaitu siswa dapat membaca suatu wacana yang
tersedia dengan pemahaman akan suatu wacana tersebut. Dengan itu, siswa dapat
melakukan presentasi matematis dengan membuat beberapa cara penyelesaiannya.
Contoh :
Lakukan pengukuran
berat badan dan tinggi badan bersama teman-temanmu. Urutkan data tersebut dari
angka yang paling tinggi ke yang paling rendah. Tentukanlah :
Tabel 5 : Berat Badan Siswa Tabel 6 : Tinggi Badan Siswa
Nama Siswa
|
Berat Badan (kg)
|
|
|
Nama Siswa
|
Tinggi Badan (cm)
|
|
|
Nama Siswa
|
Berat Badan (kg)
|
|
|
a.
siapakah siswa yang memiliki badan
paling berat
b. siapakah
siswa yang paling tinggi
c.
buatlah kedalam tabel dengan cara
mencacah
d. berikan
kesimpulan serta berikan beberapa
pertanyaan dari wacana tersebut.
Gb.1&2: Pengukuran Tinggi Badan Gb. 3&4 : Pengukuran Berat
Badan
6.
Membuat konjektur, menyusun argument,
merumuskan definisi, dan generalisasi adalah siswa dapat membuat konjektur
yaitu dugaan sementara terhadap suatu wacana kemudian menyusun langkah-langkah
yang akan dilakukan dengan suatu argument. Setelah itu, siswa diharapkan juga
dapat merumuskan definisi dari argument tersebut sehingga dapat mengeneralisasi
wacana tersebut.
Contoh :
Soal 1:
Gb. 5. Jeruk Sunkies Gb.6. Jeruk Kalimantan
Deni
akan membeli jeruk di toko buah. Sebelum membeli jeruk tersebut, ia mencicipi
satu buah jeruk dari satu keranjang jeruk dengan tujuan agar sesuai dengan
selera Deni. Tentukan populasi dan sampelnya? Jelaskan jawabanmu.
Soal 2 :
Gb.7,8,&9 : Bola Plastik Warna-warni
Eni
bersama temannya mengunjungi Palembang Square (PS). Mereka bersama-sama bermain
mandi bola di Timezone, kemudian Eni mengambil satu bola berwarna merah.
Tentukan populasi dan sampelnya? Jelaskan jawabanmu.
Soal 3 :
Gb.10,11,12,&13 : Kegiatan Siswa di
Perpustakaan SMPN 3 Pemulutan
Perpustakaan SMP Negeri 3 Pemulutan mempunyai beberapa
koleksi buku. Santi adalah siswa kelas IX.1 akan meminjam satu buah buku
matematika dan satu buah buku IPA dari perpustakaan tersebut. Tentukan populasi
dan sampelnya? Jelaskan jawabanmu.
7.
Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang
matematika yang telah dipelajari.
Menjelaskan
dengan memahami maksud dari wacana yang ada sehingga siswa dapat membuat
pertanyaan beserta solusi dari wacana tersebut. Contohnya dapat dilihat pada indikator keempat.
Dari indikator ini, guru dapat menggunakan tulisan untuk
menilai pemahaman siswa mereka dengan mengevaluasi kemajuan mereka dan
mengenali kekuatan dan kebutuhan mereka, menumbuhkan pemahaman konseptual, dan
memperluas percakapan matematika di kelas. Menurut Huang, Kurikulum dan Standar
NCTM Evaluasi menyatakan bahwa “Penilaian kemampuan siswa untuk berkomunikasi
matematika harus memberikan bukti bahwa mereka dapat mengekspresikan ide-ide
matematika dengan berbicara, menulis, menunjukkan, dan menggambarkannya secara
visual”.
4. Peranan Komunikasi dalam
Pembelajaran Matematika
Secara
umum, matematika berfokus pada representasi dan komunikasi dalam berbagai
gagasan, ide, dan hubungan yang bersifat numerik, spasial, serta berkenaan
dengan data. Ada banyak aktivitas pembelajaran yang mendukung tema ini, seperti
siswa yang boleh menginterpretasikan ide, gagasan, ataupun pikiran-pikiran yang
konseptual yang mereka miliki sendiri ke dalam bentuk simbolik dan dapat diubah
ke dalam gambaran verbal dari situasi
tersebut. Aktivitas lain bisa dengan menyelidiki suatu masalah, menuliskan
masalah, memberi keterangan (notasi) ataupun dugaan-dugaan (hipotesis) untuk
menjelaskan observasi-observasi dalam matematika.
Peranan komunikasi dalam matematika sangat besar, karena saat para siswa
mengkomunikasikan ide, gagasan ataupun konsep matematika, mereka belajar
mengklarifikasi, memperhalus dan menyatukan pemikiran.
Kusumah (dikutip Jazuli, 2009)
menyatakan bahwa komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Pentingnya
komunikasi matematis juga dikemukakan oleh Peressini dan Bassett (dikutip
Izzati dan Suryadi, 2010) bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini berarti, komunikasi dapat
membantu siswa dalam memahami dan mengeksplorasi matematika ke dalam konsep dan
proses matematika yang mereka pelajari.
Menurut Guerreiro
(dikutip Izzati dan Suryadi, 2010) menyebutkan bahwa komunikasi matematik
merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai
pondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Selain itu, Lindquist (dikutip
Izzati dan Suryadi, 2010) mengemukakan jika kita sepakat bahwa matematika itu
merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam
komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari
mengajar, belajar, dan meng-assess
matematika. Dari kedua pendapat ini, bahwa komunikasi merupakan alat bantu
berupa bahasa yang sangat diperlukan dan penting dalam proses pembelajaran,
karena tanpa komunikasi matematis maka proses pembelajaran tidak dapat terjadi.
Pada
proses KBM, terjadi interaksi antara guru dan siswa dengan saling berkomunikasi baik secara lisan,
tulisan, kontak mata, bahasa tubuh, dan gambar. Melalui interaksi guru-siswa
yang baik, seorang guru dapat mengetahui kemampuan atau potensi setiap siswa
pada materi tersebut yang dilihat dari bagaimana siswa tersebut menjawab, siswa
tersebut bertanya, dan siswa tersebut dapat menginformasikan ide matematika
kepada teman atau guru. Melalui komunikasi, ide-ide dan gagasan
menjadi objek-objek
refleksi dan diskusi serta pemahaman. Dengan proses komunikasi dapat membantu
membangun makna suatu gagasan untuk
diketahui publik. Pada
proses KBM, siswa dan guru terlibat komunikasi matematis baik secara lisan
maupun tulisan yang terjadi baik didalam maupun diluar kelas sehingga dapat
meningkatkan pemahaman mereka terhadap konsep matematis.
Ada dua alasan penting yang dikemukakan oleh Baroody
(dikutip Izzati dan Suryadi, 2010), mengapa komunikasi menjadi salah satu fokus
dalam pembelajaran matematika. Pertama, matematika pada dasarnya adalah sebuah
bahasa bagi matematika itu sendiri. Kedua, belajar dan mengajar matematika
merupakan aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru
dan murid. Standar Komunikasi menitikberatkan pada pentingnya dapat berbicara,
menulis, menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Menurut Van
De Walle (2008, 4-5), belajar berkomunikasi dalam matematika membantu
perkembangan interaksi dan pengungkapan ide-ide di dalam kelas karena siswa
belajar dalam suasana yang aktif. Ketika
anak-anak berpikir, menanggapi, membahas, menulis,
membaca, mendengarkan, dan menanyakan tentang konsep-konsep matematika, mereka menuai manfaat ganda: mereka berkomunikasi untuk belajar matematika, dan mereka belajar untuk berkomunikasi matematis (NCTM, 2000).
PENUTUP
Dari
semua ranah-ranah pada mata pelajaran matematika, salah satunya adalah menuntut para siswa
untuk mengkomunikasikan penalaran secara singkat dan padat. Diharapkan
siswa dapat menuliskan tentang pemanfaatan
matematika melalui ide atau gagasan mereka sehingga secara efektif memasukkan
bentuk-bentuk matematis seperti persamaan, perhitungan, grafik, diagram atau
tabel.
Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa dapat berkolaborasi untuk menjelaskan
penalaran mereka dalam bentuk tulisan ataupun lisan kepada guru, diskusi kelas,
teman sekelompok ataupun pada siswa kelompok lainnya. Diharapkan juga siswa dapat
mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya ke masyarakat baik lingkungan didalam
maupun luar sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ake-Larsson. (2007). “Communication
of mathematics”as a tool to improve students’ general communicative skills.
In Proceedings of the 3rd International
CDIO Conference, MIT, Cambridge, Massachusetts, USA, June 11 – 14, 2007.
Tersedia : http://cdio.org. Diakses 4 November 2011.
Armiati. (2009). Komunikasi
matematis dan kecerdasan emosional. Makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional, pada tanggal 5 Desember 2009, di Yogyakarta.
Artmanda W., Frista. ny. Kamus lengkap bahasa Indonesia. Jombang : Lintas Media.
Barton, Bill. (2008). The
language of mathematics : Telling mathematical tales. New York : Springer.
Brenner, Mary E. (1998). Development of mathematical communication in problem solving groups by
language minority students. Bilingual Research Journal, 22, 103-128.
Tersedia : http://psu.edu. Diakses : 04 November 2011.
Hamdani. (2009). Pengembangan pembelajaran dengan mathematical discourse
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada siswa sekolah menengah pertama. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional, pada tanggal 5 Desember 2009, di
Yogyakarta.
Hermawan,Hendy. (2006). Dasar-dasar komunikasi dan keterampilan dasar mengajar. Bandung :
CV. Citra Praya.
Huang. ny. The
Importance of Communications in the Mathematics Classrooms. Tersedia : http://www-users.math.umd.edu/~dac/650/huangpaper.html Diakses
: 04 Oktober 2011.
Izzati,N & Suryadi,D. (2010). Komunikasi matematik dan pendidikan matematika realistik. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, pada
tanggal 27 November 2010, di Yogyakarta.
Jazuli, Akhmad. (2009). Berfikir kreatif dalam kemampuan komunikasi matematika. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional, pada tanggal 5 Desember 2009, di
Yogyakarta.
Kadir. (2008). Kemampuan
komunikasi matematik dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran matematika. Makalah
disampaikan dalam Seminar Matematika dan
Pendidikan Matematika,
pada tanggal 28 November 2008,
di Yogyakarta.
Kamus Bahasa Indonesia Online. ny. Kamus Bahasa Indonesia Online- Definisi komunikasi. Tersedia : http://kamusbahasaindonesia.org/komunikasi. Diakses : 04 des
2011-12-04.
Kertawijaya, Sofyan. (2009). Mengenal statistika seri matematika untuk anak-anak. Bandung :
Graha Bandung Kencana.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2009). Psikologi kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mellyirzal. (2008). Komunikasi
matematika.
Tersedia:http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html. Diakses :
23 September 2011.
NCTM. (2000). Principles
and Standards for School Mathematics.
Tersedia : http://www.k12academics.com/education-reform. Diakses : 20 September 2011.
nn. ny. Defining
Intended Learning Outcomes (ILOs). Tersedia : http://www.polyu.edu.hk/obe/GuideOBE/DefiningIntendedLearningOutcomes.pdf. Diakses : 28 Oktober 2011.
Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan berkembang jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Rbaryans. (2007). Komunikasi
dalam matematika. Tersedia : http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/. Diakses : 23 September
2011.
Subhan. (2009). Membangun keterampilan
komunikasi matematika. Tersedia : http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html. Diakses : 17 September 2011.
Sumatera Ekspres. 07 September,
2011. Penderita ISPA 540 orang, hlm.21.
Van de Walle. (2008). Matematika sekolah
dasar dan menengah : Pengembangan pengajaran jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Wahyudin & Sudrajat. (2008). Peningkatan dan pengayaan matematika 3. Jakarta : CV. IPA Abong.
Wahyudin. (2008). Kurikulum,
pembelajaran, dan evaluasi. Jakarta : CV. IPA Abong.
________. (2008). Pembelajaran
dan model-model pembelajaran. Jakarta : CV. IPA Abong.
________. (2010). Matematika statistika.
Bandung : Epsilon Grup.
Wardhani, Sri. (2008). Analisis SI dan SKL mata pelajaran matematika SMP/MTs untuk optimalisasi
tujuan mata pelajaran matematika. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Widjajanti, Djamilah Bondan. (2008). Kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru matematika : Apa
dan bagaimana mengembangkannya. Makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, pada tanggal 30 Mei 2008,
di Yogyakarta.
Wood, Leigh N. (2011). Practice and conceptions : Communicating mathematics in the workplace.
Tersedia : http://www.springerlink.com. Diakses : 02
November 2011.
i like this post, boleh dak yunda zainab kirim soft copy :)
ReplyDeleteizin copas :)
ReplyDelete