Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Oleh
Apri Susanti
Guru SMP Negeri 5 Indralaya Utara, Ogan Ilir
1.
Deskripsi Masalah
Sejak SD sampai sekarang saya sangat
menyenangi pelajaran matematika, dan akhirnya saya sekarang menjadi guru di SMP N 5 Indralaya Utara ini
juga karena kecintaan saya pada matematika. Sebagai guru saya terpanggil untuk
menyampaikan pembelajaran terbaik saya, agar materi yang saya sampaikan benar-
benar dipahami oleh siswa-siswi saya. Berdasarkan pengalaman saya bulan
sebelumnya ketika saya mengajarkan konsep bangun ruang sisi lengkung, memang
siswa saya mengalami peningkatan keaktifan dalam proses belajar di kelas,tetapi
pada saat ulangan harian saya mendapat nilai siswa tidak lebih dari 45 % yang
tuntas dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM). Ini membuat saya sedih dimana
letak kesalahan dan kegagalan saya, berbagai alasan yang mungkin dibenak saya,
kurangnya buku acuan yang dimiliki siswa, karena yang ada hanya dipinjamkan
disekolah dan tidak dibawa pulang, kurangnya dukungan orang tua dalam hal
memberikan motivasi, maupun perhatian orang tua untuk membantu memecahkan
masalah pembelajaran dirumah.
Dari segi guru, saya memiliki 3 buku paket dan
suplemen, dan 2 buku bank soal. Selain
itu, satu hal yang sudah saya lakukan yang baik menurut saya,sehingga siswa
saya lebih aktif dengan melakukan praktek atau percobaan dalam menemukan rumus
volume dan luas bangun ruang sisi lengkung tetapi satu kesalahan dari saya, saya tidak
menyiapkan LKS sehingga siswa tidak ada kesempatan yang banyak untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri,
sehingga siswa hanya menerima kesimpulan dari saya sebagai guru. Saya
berkeyakinan bahwa untuk mengatasi permasalahan ini, saya perlu merubah dan
menambahkan model pembelajaran yang saya gunakan untuk materi selanjutnya. Pada materi barisan dan deret
saya melihat materi ini termasuk baru bagi siswa SMP dan termasuk sulit dimana
pengalaman tahun lalu siswa juga kurang dari 40 % tidak tuntas. Untuk itu
rencana saya, pada pembelajaran Barisan dan Deret nanti saya akan mencoba
menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing.
2.
Rumusan masalah
Berdasarkan deskripsi di atas masalah yang nampak adalah sebagai
berikut :
Apakah
dengan menerapkan Model pembelajaran Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi barisan
dan deret di kelas IX.1 SMP N 5 Indralaya Utara
Tahun pelajaran 2012/2013
3.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk :
Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX 1 SMP N 5
indralaya Utara pada Barisan dan Deret
melalui
model pembelajaran penemuan terbimbing.
Indikator
Keberhasilan
Kriteria
keberhasilan siswa diakhir penelitian ini, yaitu secara klasikal 85% siswa
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 62
4.
Manfaat Penelitian
Dari
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bemanfaat bagi :
4.1
Siswa
Mampu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep Barisan dan Deret,
meningkatkan motivasi belajar siswa baik disekolah maupun dirumah, dan
meningkatkan hasil belajarr siswa
4.2
Pendidik
Memperbaiki kinerja, meningkatkan
kemampuan dalam menggunakan struktur pembelajaran secara baik, dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan profesional pendidik
4.3
Sekolah
Memberikan landasan dan argumentasi bagi
kebijakan yang akan diambil guna peningkatan mutu hasil belajar, memberikan
kontribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran untuk semua
pelajaran khususnya untuk pembelajaran
pemahaman konsep
.
5.
Kajian Pustaka
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu
maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan
Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan
tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai
penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.
Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam
bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
b. Pengertian Model Penemuan Terbimbing
Penemuan adalah
terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental
tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah,
2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4).
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya
Dengan penjelasan diatas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15).
Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ’mengkonstuksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4).
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya
Dengan penjelasan diatas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15).
Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ’mengkonstuksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
Jadi bisa disimpulkan model penemuan
terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat siswa aktif
baik berpikir maupun bernalar mulai dari menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data sampai
menyimpulkan.
c. Barisan dan Deret
6.
Metode Penelitian Tindakan
6.1
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di kelas IX.1 SMP N 5 Indralaya Utara Tahun Pelajaran 2012 /2013,
SMP ini tergolong dalam kelompok sekolah potensial, dengan jumlah
siswa berjumlah 26 orang, terdiri atas 14
orang siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki, kedua puluh enam siswa ini dibagi
menjadi 5 kelompok heterogen, penelompokkan tempat duduk sudah diatur
berkelompok sebelumnya sehingga kelompok –kelompok sudah siap untuk
melaksanakan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Penerapan tindakan
di kelas ini dilaksanakan pada setiap hari selasa jam pelajaran ke -1 sampai
jam ke – 3 dan hari kamis jam pelajaran ke -5 sampai jam ke -7.
6.2
Persiapan penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan,
meliputi :
1)
Menetapkan kelas yang akan
diujicobakan untuk penelitian tindakan kelas, yaitu kelas IX .1 SMP N 5 Indralaya Utara Ogan Ilir Sumatera
selatan
2)
Mempersiapkan alat peraga
3)
Mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan silabus, membentuk kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 5
- 6 orang siswa,
4)
Menyusun meja dan kursi dalam
bentuk kelompok –kelompok
5)
Mempersiapkan siswa agar membaca
dan membuat rangkuman tentang materi barisan dan deret terlebih dulu dirumah,
sebelum diajarkan dikelas.
6)
Menetapakan jenis pemberian tugas
dan menyusun tugas – tugas untuk setiap kelompoknya.
6.3
Siklus Penelitian
Menentukan lamanya pemberan siklus. Tiap siklus direncanakan
2 - 3 kali tatap muka pembelajaran
Siklus I
6.3.1
Memberikan tugas kepada siswa satu
minggu sebelum pelaksanaan proses pembelajaran berupa rangkuman materi
essensial untuk memahami penguasaan konsep sebelum pembelajaran
6.3.2
Materi pembelajaran barisan dan
deret, melakukan kegiatan inti dalam pembelajaran merujuk pada rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
6.3.3
Melakukan observasi oleh semua tim
peneliti termasuk pelaku tindakan untuk memperoleh data meliputi : minat
peserta didik, keseriusan dan kualitas rangkuman, kegiatan di kelas, manfaat
tugas rangkuman dan nilai ulangan harian siswa.
6.3.4
Melakukan refleksi oleh semua tim
peneliti setelah selesai melakukan proses belajar mengajar berdasarkan analisis
untuk dijadikan bahan perencanaan tindakan siklus berikutnya.
6.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini, ada 3 yaitu :
1) Instrumen observasi, yaitu instrumen observasi mengenai penerapan
tindakan model pembelajaran penemuan terbimbing.
2) Instrumen berupa Lembaran Kerja Siswa (LKS), yaitu instrumen yang digunakan dalam memberikan
bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat)
3)
Instrumen berupa soal pertanyaan mengenai materi yang telah dilaksanakan
pada saat penerapan model pembelajaran ini,yaitu barisan dan deret, masing –
masing 5 soal dalam bentuk essay.
6.5 Analisis dan refleksi
Proses analisis
dilakukan dengan cara memadukan hasil observasi dan LKS pada saat penerapan
tindakan dengan hasil tes yang telah dilakukan pada akhir pembelajaran,apabila
dari hasil analisis didapatkan bahwa terdapat beberapa diantara langkah-langkah
penerapan tindakan yang teah diterapkan sebelumnya belum terlaksana dengan baik
dan lancar yang mungkin mempengaruhi hasil tes, maka sebagai refleksinya perlu
diulang pada siklus berikutnya, apabila sudah menampakkan hasil yang baik,
kegiatan penelitia dihentikan dan tinggal menulis laporan hasil penelitian.
7.
Jadwal Penelitian
Penelitian direncanakan bulan Februari 2013
Kegiatan
|
Minggu ke
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
1.
Pelaksanaan siklus I
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
1.1 Pelaksanaan tindakan session 1
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
1.2 Pelaksanaan tindakan session 2
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Pelaksanaan siklus II
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
2.1 Pelaksanaan tindakan session 1
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
2.2 Pelaksanaan tindakan session 2
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
3.
Pelaksanaan Siklus III
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
3.1 Pelaksanaan tindakan session 1
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
3.2 Pelaksanaan tndakan session 2
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
4. Tabulasi dan analisis data
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
5.
Menyusun Draft hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
6.
Seminar Draft hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
7.
Pembuatan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
8.
Pengumpulan laporan akhir peneltian
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
0 comments:
Post a Comment