Monday, December 19, 2011

MINAT DAN BAKAT PADA PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERLANDASKAN PSIKOLOGI


Oleh :
Eriga (eriga_mayang@yahoo.com)
Siti Khomsatun (khomsa_azzahra@yahoo.com) dan
Zainab (zai_enab@yahoo.com)

PENDAHULUAN
Dunia pendidikan saat ini memiliki banyak problem yang dihadapi oleh para pendidik maupun siswa. Hal ini terjadi karena adanya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang drastis sehingga mempengaruhi sikap, tingkah laku, dan pola belajar siswa. Perkembangan teknologi yang semakin pesat menimbulkan dampak positif dan negatif di dalam dunia pendidikan. Dampak positif dari teknologi modern, salah satunya bagi pendidikan adalah proses pembelajaran dapat menggunakan multimedia seperti internet sehingga siswa  memperoleh informasi pengetahuan yang lebih banyak dan akurat. Selain memberikan dampak positif, teknologi modern juga menimbulkan banyak dampak negatif bagi siswa seperti, kecanduan bermain games di dunia maya melihat gambar-gambar porno, kecanduan komunikasi di dunia maya dan sebagainya. Hal inilah yang perlu diimbangi oleh dunia pendidikan sehingga siswa memiliki karakter yang baik yang dapat menyerap manfaat dari kemajuan teknologi. Pemerintah telah mencanangkan pendidikan yang dapat membangun karakter siswa berupa pendidikan karakter. Namun masih terdapat beberapa hambatan di dunia pendidikan saat ini (dikutip Munif Chatib; 2011: 85-87) yaitu :
1.      Beberapa elemen sistem pendidikan kita masih kurang sejalan dengan sistem pendidikan yang proporsional
2.      Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia.
3.      Desain kurikulum yang masih sentralistis.
4.      Penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendidikan
5.      Proses belajar yang menggunakan kreativitas tingkat tinggi
6.      Proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.
Sesungguhnya permasalahan utama yang terjadi saai ini pada bidang pendidikan adalah rendahnya motivasi, minat yang tidak sesuai dan konsep kepribadian yang belum matang.  Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa peserta didik kurang berminat untuk belajar, khususnya matematika. Kurangnya minat peserta didik  dalam belajar salah satunya disebabkan belum terbentuknya karakter yang kuat pada diri peserta  didik sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang menyebabkan kurang dipahaminya urgensi menuntut ilmu dan akhirnya mereka kurang termotivasi untuk belajar.
     Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan di atas, pemakalah berpendapat bahwa sejatinya fungsi sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk transfer ilmu secara akademis saja, tetapi lebih dari itu sekolah merupakan lembaga yang berfungsi untuk mengembangkan potensi dan membentuk karakter serta peradaban bangsa. Hal ini berarti pendidikan di setiap jenjang termasuk SMP harus diselenggarakan secara sistematis yang menanamkan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah. Pendidikan karakter di sekolah seharusnya mulai disosialisassikan dan dilaksanakan secara optimal yaitu menyentuh pada norma atau nilai-nilai dan tingkatan internalisasi, serta tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pembentukan karakter peserta didik sejak usia dini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam rangka menumbuhkan minat dan motivasi belajar anak sebagai titik awal untuk membangun peradaban bangsa yang bermartabat dan berakhlak mulia.

KAJIAN TEORI
Minat dan Motivasi  
            Motivasi adalah sesuatu  yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak. Kita sering melihat motivasi siswa tercermin dalam investasi pribadi dan dalam keterlibatan kognitif, emosional, dan perilaku di berbagai aktivitas sekolah (dikutip : Ormrod 2008).
            Semua siswa termotivasi dalam suatu cara tertentu. Seorang siswa mungkin tertarik pada pelajaran di kelas dan mencari tugas yang menantang, berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelas , serta mendapatkan nilai tinggi dalam tugas-tugas yang ditugaskan. Siswa lainnya mungkin lebih tertarik dengan sisi sosial sekolah, sering berinteraksi dengan teman sekelas, hampir setiap hari mengikuti aktivitas ekstrakurikuler, dan mungkin mencalonkan diri sebagai ketua kelas. Siswa lain mungkin berfokus pada  atletik, unggul di kelas pelajaran fisik, hampir setiap siang dan akhir pekan bermain atau melihat pertandingan olahraga, dan mengikuti perkumpulan fitness. Sedangkan siswa-siswa lainnya - mungkin karena ketidakmampuan belajar yang tidak terdeteksi, sifat pemalu, atau tubuh yang tak terkoordinasi - mungkin termotivasi untuk menghindari aktivitas akademik, situasi sosial, atau aktivitas atletik.
            Motivasi memiliki beberapa pengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa, yaitu :
1.      Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.
Motivasi menetukan tujuan-tujuan spesifik yang menjadi arah usaha siswa (Maehr & Meyer 1997; Pintrich at. Al.,1993). Jadi, motivasi mempengaruhi pilihan yang dibuat siswa, misalnya apakah akan menyelesaikan tugas PR yang sulit atau bermain videogame dengan teman-teman.
2.      Motivasi meningkatkan usaha dan energi.
Motivasi menentukan apakah mereka mengejar suatu tugas secara antusias dan sepenuh hati atau secara apatis dan malas-malasan.
3.      Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi) dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas.
Siswa lebih cenderung memulai suatu tugas yang benar-benar mereka inginkan . Mereka juga lebih cenderung melanjutkan pekerjaan yang diinginkan sampai mereka menyelesaikannya meskipun terkadang diganggu atau merasa frustasi selama mengerjakannya  (Larson 2000, Maehr 1984, Wigfield 1994). Secara umum motivasi meningkatkan waktu mengerjakan tugas , suatu faktor penting yang mempengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka (Wigfield dalam Ormrod, 2008)
4.      Motivasi memengaruhi proses-proses kognitif
Motivasi mempengaruhi apa yang diperhatikan oleh siswa seberapa efektif mereka memprosesnya ( Dikutip
5.      Motivasi menentukan konsekuensi mana yang memberi penguatan dan menghukum
6.      Motivasi sering meningkatkan  performa.
Motivasi dibagi dalam dua jenis yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal individu dan tidak berkaitan dengan dengan tugas yang sedang dilakukan. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor di dalam diri atau melekat dalam tugas yang sedang dilakukan. Siswa yang termotivasi secara ekstrinsik mungkin menginginkan nilai yang baik, uang, atau pengakuan terhadap aktivitas dan prestasi khusus, misalnya siswa sekolah olahraga yang lebih menginginkan kesuksesan dalam bidang olahraga yang ditekuni. Siswa yang termotivasi secara intrinsik  mungkin terlibat dalam suatu aktivitas karena aktivitas itu memberinya kesenangan, membantu, mereka mengembangkan keterampilan yang dirasa penting, atau tampak secara etika dan moral benar untuk dilakukan.
Siswa paling mungkin menunjukkan pengaruh motivasi yang bermanfaat ketika mereka termotivasi secara intrinsik untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas kelas.Siswa yang termotivasi secara intrinsik mengerjakan tugas yang yang diberikan dengan sukarela dan antusias mempelajari materi-materi di kelas, lebih mungkin memproses informasi dengan cara-cara yang efektif, misalnya dengan terlibat dalam pembelajaran yang bermakna dan lebih memungkinkan berhasil di level yang tinggi. Sebaiknya siswa yang termotivasi secara ekstrinsik mungkin harus dibujuk atau didorong dulu agar melakukan suatu tugas, mungkin hanya memproses informasi sepintas lalu, dan seringkali hanya tertarik mengerjakan tugas-tugas yang mudah dan memenuhi persyaratan minimum kelas.
Minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik, karena ketika siswa memiliki minat (interest) pada topik atau aktivitas tertentu, mereka akan beranggapan bahwa topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang untuk dikerjakan atau diperhatikan. Siswa yang mengejar suatu tugas yang menarik minatnya mengalami afek positif  yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan (Ormrod, 2008). Para ahli psikologi membedakan dua jenis minat yaitu minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional dipicu oleh sesuatu di lingkungan sekitar. Misalnya hal-hal yang baru, berbeda, tak terduga, atau secara khusus hidup sering menghasilkan minat situasional, demikian pula hal-hal yang melibatkan tingkat aktivitas yang tinggi atau emosi yang kuat.  Sedangkan minat pribadi adalah minat    di dalam pikiran siswa. Dimana siswa cenderung memiliki preferensi pribadi tentang topik-topik yang mereka kejar dan aktivitas yang mereka ikuti. Minat pribadi semacam ini relatif stabil sepanjang waktu dan mengahasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat siswa.
Pendidikan Karakter
            Pembentukan karakter bangsa dapat dimulai sejak usia dini yang merupakan tanggung jawab bersama antara orangtua (pendidikan informal), guru(pendidikan formal) dan lingkungan (pendidikan nonformal). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Sudrajat, 2010). Sejalan dengan pendapat tersebut, Suyanto (2010) menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang bersumber pada keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi ciri khas tiap individu untuk bekal hidup di dunia. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
            Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003. Dalam Pasal tersebut menyatakan bahawa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
            Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan (dikutip dari http://pondok-ibu.com).
Keterkaitan Minat dan Motivasi dalam Pendidikan Karakter
            Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan karakter mempunyai salah satu prinsip yaitu mengembangkan motivasi prestasi belajar. Sehingga dengan penerapan pendidikan karakter dapat menumbuhkan bahkan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sampai untuk mencapai impian mereka untuk masa depan. Seorang siswa harus mempunyai minat untuk mencapai sesuatu. Dengan minat siswa lebih terarah dengan apa yang akan dicapai ke depannya, namun jika minat tanpa dibarengi dengan motivasi maka impian terhadap minat tersebut akan sia-sia. Pendidikan karakter lebih menekankan kepada siswa untuk memiliki karakter sehingga mereka harus dapat membuat suatu keputusan  terhadap sesuatu dan siap bertanggung jawab terhadap tiap akibat dari keputusan yang mereka buat.
            Tujuan pendidikan nasional yang mengembangkan potensi atau minat dapat ditunjang penuh oleh sikap karakter baik siswa tersebut sehingga mereka termotivasi dalam mengembangkan minat yang dapat meraih prestasi akademik. Pendidikan karakter mengarahkan siswa untuk mempunyai dan mencapai impian sesuai dengan minat mereka tanpa mengabaikan sesuatu yang menunjang keberhasilan prestasi akademik.
Peranan  Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran
            Pendidikan karakter sangat menunjang proses pembelajaran terhadap keberhasilan akademik. Beberapa penelitian menunjukkan penemuan-penemuan penting yang diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin ini diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University Of Missouri – St. Louis, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Selain itu, kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik (dikutip dari http://pondok-ibu.com).
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Hal ini sejalan dengan pendapat Daniel Goleman yang dikutip oleh Suyanto (2010) tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Dengan demikian, pendidikan karakter mengupayakan bahwa lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia.

Proses Pembelajaran Berdasarkan Landasan Psikologi
            Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik jika tercipta hubungan yang baik antara sekolah, guru, keluarga, maupun individu siswa. Seorang siswa dapat mencapai suatu prestasi akademik yang tinggi jika memiliki karakter yang kuat, dalam hal ini guru tidak hanya sebagai tenaga pengajar melainkan sebagai tenaga pendidik sehingga tidak hanya meningkatkan prestasi akademik siswa tetapi dibarengi dengan akhlak yang baik. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter sudah selayaknya terintegrasi dalam kurikulum pembelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
            Menurut Koesuma, proses pembelajaran yang berkarakter harus mengusung 12 pilar keutamaan yaitu :
1. Penghargaan terhadap tubuh
Pendidikan karakter mesti memprioritaskan tentang bagaimana individu dapat menjaga tubuhnya satu sama lain, tidak merusaknya, melainkan membuat keberadaan tubuh tumbuh sehat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kodratnya. Penghargaan terhadap tubuh merupakan ekspresi diri individu untuk menjadi perawat dan pelindung satu sama lain. Individu mesti menumbuhkan dalam dirinya sendiri keinginan untuk merawat tubuh diri dan orang lain, termasuk pertumbuhan psikologis dan emosionalnya.
2. Transendental
Pengembangan keutamaan transendental, baik itu yang sifatnya religius, keagamaan, maupun yang sublim, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran yang Illahi merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter. Setiap individu dianugerahi kepekaan akan sesuatu yang lembut, halus, yang bekerja secara rohani mendampingi manusia, kepekaan akan sesuatu yang adikodrati. Kepekaan akan yang Kudus, yang transenden, yang baik, yang indah, baik itu dalam diri manusia maupun di alam, merupakan salah satu sarana untuk membentuk individu menjadi pribadi berkeutamaan.
3. Keunggulan akademik
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik berbeda dengan sekedar lulus ujian. Keunggulan akademik mencakup di dalamnya, cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani terus menerus melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaranan intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan. Dari kecintaan akan ilmu inilah akan tumbuh inovasi, kreasi dan pembaharuan dalam bidang keilmuan.
4. Penguasaan diri
Penguasaan diri merupakan kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau menundukkan seluruh dorongan emosi itu pada tujuan yang benar selaras dengan panduan akal budi. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kesediaan mengolah emosi dan perasaan, mau menempatkan kecondongan rasa perasaan sesuai dengan konteks dan tujuan yang tepat sebagaimana akal budi membimbingnya. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kemampuan individu dalam menempatkan diri, bertindak dan berkata-kata secara bijak dalam ruang dan waktu yang tertentu.
5. Keberanian
Keberanian merupakan keutamaan yang memungkinkan individu mampu melakukan sesuatu dan merelisasikan apa yang dicita-citakannya. Keberanian termasuk di dalamnya kesediaan untuk berkorban demi nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, kerja keras, karena individu tersebut memiliki cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam hidupnya. Keberanian merupakan dorongan yang memungkinkan individu mewujudnyatakan dan merealisasikan impiannya.
6. Cinta kebenaran
Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, bukan sekedar sebagai seorang pembelajar, melainkan juga sebagai manusia. Manusia merindukan kebenaran dan dengan akal budinya manusia berusaha mencari, menemukan dan melaksanakan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Prinsip berpegang teguh pada kebenaran mesti diterapkan bagi praksis individu maupun dalam kehidupan bersama. Cinta akan kebenaran yang sejati memungkinkan seseorang itu berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran yang diyakininya. Sebab, keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan identitas manusia sebagai pribadi berkarakter.
7. Terampil
Memiliki berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan, bagi bagi perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional menjadi syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh. Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, kompeten dalam bidang yang digeluti merupakan dasar bagi keberhasilan hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya ini seorang individu mampu mengubah dunia.
8. Demokratis
Masyarakat global hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk saling membutuhkan, bahu membahu satu sama lain. Masyarakat tidak dapat hidup secara tertutup sebab keterhubungan satu sama lain itu merupakan kondisi faktual manusia. Karena itu, setiap individu mesti belajar bagaimana hidup bersama, mengatur tatanan kehidupan secara bersama, sehingga inspirasi dan aspirasi individu dapat tercapai. Demokrasi mengandaikan bahwa individu memiliki otonomi dalam kebersamaan untuk mengatur kehidupannya sehingga individu dapat bertumbuh sehat dalam kebersamaan. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan penumbuhan semangat kebangsaan.
9. Menghargai perbedaan
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaan merupakan sikap fundamental yang mesti ditumbuhkan dalam diri individu. Terlebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, menghargai perbedaan mesti ditumbuhkan dalam diri tiap individu, karena negara kita ini berdiri karena para pendiri bangsa ini menghargai perbedaan, dan dalam perbedaan itu mereka ingin mempersatukan kekuatan dan tenaga dalam membangun bangsa.
10. Tanggung jawab
Tanggungjawab merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tanggung jawab ini memiliki tiga dimensi, yaitu tanggungjawab kepada (relasi antara individu dengan orang lain), tanggungjawab bagi (hubungan individu dengan dirinya sendiri), serta tanggungjawab terhadap (hubungan individu terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat).
11. Keadilan
Bersikap adil, serta mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk antisosial. Untuk itulah diperlukan komitmen bersama agar masing-masing individu dihargai. Dalam konteks hidup bersama, keadilan menjadi jiwa bagi sebuah tatanan masyarakat yang sehat, manusiawi dan bermartabat. Tanpa keadilan, banyak hak-hak orang lain dilanggar.
12. Integritas moral
Integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerjasama memperjuangkan dan merealisasikan apa yang baik, yang luhur, adil dan bermartabat bagi manusia, apapun perbedaan keyakinan yang mereka miliki. Integritas moral memberikan penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai mahluk ciptaan yang bernilai dan berharga apapun keadaan dan kondisinya. Kehadiran individu yang memiliki integritas moral menjadi dasar bagi konstruksi sebuah tatanan masyarakat beradab. Integritas moral muncul jika individu mampu mengambil keputusan melalui proses pertimbangan rasional yang benar, dan melaksanakannya dalam tindakan secara bijak, sesuai dengan konteks ruang dan waktu tertentu. Integritas moral termasuk di dalamnya kemampuan individu untuk membuat kebijakan praktis yang bermakna bagi hidupnya sendiri dan orang lain
       Pendidikan karakter mengembangkan berbagai potensi sehingga terjadi interaksi tingkah laku dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku yang terjadi merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan psikologi individu. Psikologi dan pendidikan mempunyai kaitan yang sangat erat sehingga psikologi mempengaruhi proses pembelajaran. Psikologi memandang belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan perubahan dalam tingkah laku yang secara sadar dan merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar. Dengan memahami struktur dan aspek psikologi dari peserta didik maka proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif. Psikologi mempunyai arti penting dalam dunia pendidikan dimana aspek psikologi berperan dalam proses pembelajaran. Psikologi pendidikan mempunyai peran yang penting berupa interaksi guru dan murid, pemilihan metode dan bahan ajar, menumbuhkan perkembangan fisik dan mental anak dalam mencapai tujuan pembelajaran atau minat dari anak tersebut. Kelancaran proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh psikologi pendidikan, diantaranya :
1.        Membantu guru dalam membuat disain instruksional
2.        Disain instruksional adalah suatu rancangan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, yang berisi rancangan untuk menentukan isi materi, tujuan yang hendak dicapai, bagaiman proses, serta evaluasi yang tepat.
3.        Membantu guru di dalam “memahami” anak didik.
Berdasarkan  pemaparan di atas ,maka guru diharapkan dapat memilih model atau metode pembelajaran yang lebih tepat untuk merangsang  minat dan motivasi belajar siswa dengan membangun pendidikan karakter anak berlandaskan pada aspek psikologi, serta tidak mengabaikan kebutuhan dasar siswa sebagai manusia seperti kebutuhan untuk aktualisasi diri, misalnya kebutuhan untuk mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki  seperti siswa pada Sekolah Olahraga yang berpotensi di bidang olahraga ataupun kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, misalnya kebutuhan yang berkaitan dengan iptek. (Tirtarahardja & S.L.La Sulo, 2008).
PENUTUP
Berdasarkan problematika pendidikan dari sisi psikologi khususnya untuk mengatasi masalah minat, motivasi , dan membentuk karakter siswa pada proses pembelajaran, maka ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pengambil kebijakan dalam masalah pendidikan, yaitu masalah kurikulum. Dampak positif dari kemajuan teknologi dapat menubuhkan minat, motivasi serta karakter siswa dalam proses pembelajaran. Minat dan motivasi dapat ditumbuhkan melalui strategi pembelajaran yang sesuai serta konsep kurikulum yang mengacu pada pendidikan karakter. Dengan psikologi maka guru harus dapat mempelajari dan memahami kejiwaan siswa. Dengan memahami kejiwaan siswa maka guru juga mengetahui minat siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi dengan dilaksanakan berdasarkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat efektif tejalin jika terus dikembangkan dan dibudidayakan mata pelajaran yang sukar sehingga menjadi mudah.


DAFTAR PUSTAKA
Asmani, J.M. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah.
Ormrod, J.E. (2009). Psikologi Pendidikan : Membantu siswa tumbuh dan berkembang Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Sudrajat, Akhmad. (2010). Pendidikan karakter di SMP. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/
Diakses : 29 November 2011
Koesoema, Doni. (2010). 12 Pilar Keutamaan Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Tersedia : http://www.pendidikankarakter.org/12%20Pilar.htm. Diakses : 29 November 2011.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © MGMP MATEMATIKA SMP OGAN ILIR Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger